BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang sehingga menjadi kepribadiannya. Perbuatan tersebut timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan,
dan keputusan yang bersangkutan. Akhlak adalah hal
terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian
tingkah laku, tabiat, perangai, karakter yang baik maupun buruk.
Manusia dalam kehidupannya tak lepas dari lingkungan
hidup. Dalam hal ini, lingkungan juga menjadi daya tarik atau daya dorong
munculnya prilaku seseorang. Respon manusia terhadap lingkungan disekitarnya
berakibat pada pola kehidupannya.
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu.
Akhlak akan mendorong manusia melakukan suatu perbuatan yang baik dan buruk. Dalam posisi
manusia sebagai makhluk sosial yang tak terpisahkan
dengan lingkungannya, akhlak akan memiliki implikasi atau hubungan timbal balik
manusia terhadap lingkungannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan persepsi ?
2.
Apa yang dimaksud dengan belajar ?
3.
Bagaimana implikasi akhlak baik
dengan belajar dan persepsi ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Akidah Akhlak.
2.
Mengetahui dan memahami dorongan dan
implikasi baik dan buruk seseorang terhadap lingkungan hidupnya.
3.
Mengetahui dan memahami implikasi
akhlak terhadap persepsi.
4.
Mengetahui dan memahami implikasi
akhlak terhadap belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat
reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan
dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu,
diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan
mengerti tentang apa yang diindera. Persepsi adalah sebuah proses saat
individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan
pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu
sendiri.Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda.
Adapun beberapa pengertian persepsi menurut para ahli :
a.
Jalaludin Rakhmat (1998 : 51)
mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan
b.
Menurut Ruch (1967 : 300), persepsi
adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan
pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada
kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Dengan
pandangan Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang sama dengan proses
sistem berpikir yang membutuhkan pengalaman dan pengetahuan verbalistik yang
dijadikan rujukan persepsional seseorang.
c.
Atkinson dan Hilgard (1991 : 201)
mengemukakan bahwa persepsi adalah proses menafsirkan dan mengorganisasikan
pola stimulus dalam lingkungan.
d.
Gibson dan Donely (1994 : 53)
menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan
oleh seorang individu.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor
Eksternal.
a. Faktor Internal yang
mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu,
yang mencakup beberapa hal antara lain :
1)
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi
yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti
terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap
orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat
berbeda.
2)
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada
pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang
terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap
suatu obyek.
3)
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe
tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
4)
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban
sesuai dengan dirinya.
5)
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada
ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian
lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6)
Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi
bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
b.
Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik
dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
1)
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa
semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk
ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu
obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2)
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak,
akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3)
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4)
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi
makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya
sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang
bisa mempengaruhi persepsi.
5)
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap
obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang
diam.
Dengan
pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik pemahaman bahwa terbentuknya
akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang sesuatu yang akan
diperbuatnya. Oleh karena itu, tingka laku manusia berkaitan dengan pola pikir
dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan
diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai
kapasitas pemikirannya.
Dalam
kehidupan profesional, akhlak manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang
objek yang dimaksudkan adalah perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau
kecakapannya. Pengetahuan sangat penting dalam mendukung akhlaknya sehingga
bentuk-bentuk akhlaknya mengikuti kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada
campur tangan pihak luar.
B.
Definisi Belajar
Belajar didefinisikan sebagai perubahan
yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai bentuk
pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar dan
mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara terartur dan berkesinambungan.
Sedangkan Pengertian Belajar
menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat
adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri
seseorang.
Dalam belajar, terdapat proses pelatihan
melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta
pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosongan jiwa orang yang
diajar. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa
kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari
lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri
atas tiga komponen penting, yaitu : (a) kondisi eksternal, yaitu stimulus dari
lingkungan dari acara belajar, (b) kondisi internal yang menggambarkan keadaan
internal, proses kognitif siswa, dan (c) hasil belajar yang menggambarkan infromasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Belajar adalah proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
motivasi, kebiasaan, dan tingkah laku yang dilakukan secara instruksional.
(Syaiful Bahri, 2002 : 22)
Pendidik bagi anak adalah ibu dan
bapaknya. Adapun guru dan lain-lain hanyalah penunjang ibu dan bapak.
Sebenarnya guru berusaha atas nama atau mewakili ibu dan bapak anak didiknya.
Oleh sebab itu ibu dan bapak harus memenuhi apa yang diperlukan untuk
pendidikan anaknya, seperti mengusahakan guru anaknya dan lain-lain. Pada
negeri yang sudah maju warganya sangat menghormati, memperhatikan nasi guru.
Umpama di Jepang. Orang Jepang sangat menghormati guru, karena mereka mengerti
bahwa guru adalah manusia pembina. Dalam Islam guru diberi julukan “Abur ruuh =
Bapak rohani anak”.
Peran orang tua, kaum pendidik dan petugas-petugas
keamanan seringkali dipusingkan oleh masalah kenakalan remaja. Dari keluarga
kaya raya dan anak-anak orang berpangkat, banyak ditemukan kasus-kasus
kenakalan remaja, misalnya : penyalahgunaan obat bius, pemerkosaan, perampokan,
perkelahian, dan sebagainya. Masalahnya kembali kepada akhlak remaja itu
sendiri. Remaja demikian nakalnya, adalah remaja yang tiada mengenal akhlak.
Sebaliknya tidak sedikit pula remaja yang menyejukkan
pandangan mata, karena kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu
berbuat kebaikan. Remaja yang demikian itu, adalah remaja yang shaleh, yang
berakhlak indah dan mulia. Dari segi ini jelas pulalah betapa hikmahnya ilmu
akhlak yang dapat menuntun remaja menemukan dunianya, menyalurkan bakatnya
kepada tindakan sublimatif dan konstruktif.
Islam mengajarkan bahwa itu laksana
cahaya yang menerangi jalan hidup dan mati
kita. Ilmu juga merupakan amal saleh yang tahan lama yang pahalanya terus
mengalir.
“Jika manusia sudah meninggal dunia,
maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga hal, yaitu : (1) Sedekah Jariyah yang
mengalir padanya, (2) Ilmu yang dimanfaatkan orang, dan (3) Anak saleh yang
mendoakannya.” (HR. Bukhari)
Pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia sehingga
tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterimanya. Adapun
pendidikan yang lazim diterima meliputi pendidikan formal di sekolah, pendidikan
non fomal diluar sekolah dan pendidikan dirumah yang dilakukan oleh pihak orang
tua. Sementara itu pergaulan dengan orang-orang baik dapat dimasukkan sebagai
pendidikan tidak langsung, karena berpengaruh pula bagi kepribadian.
Seringkali kita dengarkan pernyataan
yang mengemukakan bahwa kebodohan sebagai musuh utama yang harus diperangi.
Memang demikianlah, karena kebodohan itulah yang menghambat kemajuan dan
perkembangan akhlak.
Rasulullah Muhammad SAW diutus
dengan menghidangkan pendidikan aqidah dan akhlak, maka bercahayalah hati
manusia berkat pancaran sinar kebenaran Ilahi.
Dengan proses belajar itulah,
manusia berakhkak. Jadi, akhlak manusia dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalamannya dalam belajar. Kedua orangtuanya bertanggung jawab
mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orangtua pula yang menentukan
pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak terus menimba
ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam akhlaknya
sehari-hari.
C.
Implikasi Akhlak dengan Persepsi dan
Belajar
Dengan dua
komponen penting, yaitu persepsi dan belajar, manusia mengembangkan
kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi,
sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh
kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih
keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap akhlak manusia akan berdampak
secara langsung pada kehidupan internal dan eksternalnya.
Akhlak yang
baik berdampak positif pada kehidupan dan lingkungannya. Sebaliknya, akhlak
yang buruk akan berdampak buruk pula
pada diri dan lingkungannya. Contohnya, seorang remaja yang terlibat dengan
pemakaian obat-obatan terlarang atau narkoba, ia akan terpengaruh buruk untuk
jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah karena otaknya hancur, hatinya
akan rusak, tingkah lakunya tidak terkendali, dan ia bisa menjadi gila dan
mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya pun sangat merugikan karena nama baik
keluarga dan masyarakat di tempat tinggalnya akan tercoreng oleh akhlaknya yang
tercela.
Sebaliknya,
seorang anak yang berprestasi dan bergaul dengan ramah, terpuji dan
mengembangkan nilai-nilai kebijakan dilingkungannya, secara otomatis ia akan
memperoleh dampak yang baik bagi kehidupan dirinya. Dalam rohaninya akan
tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat mengenalnya sebagai anak yang
pantas diteladani. Oleh karena itu, setiap akhlak manusia berdampak secara
langsung pada kehidupan pribadinya dan orang lain.
Isi dari kepribadian manusia terdiri
dari 1) pengetahuan; 2) perasaan, dan; 3) dorongan naluri. Pengetahuan
merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang mengisi akal dan alam jiwa
seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otak manusia
melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor
organismanya yang lain. (Koentjaraningrat, 1986: 101-111)
Kalau unsur perasaan muncul karena dipengaruhi
oleh pengetahuan manusia, maka kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan
manusia melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya disebut sebagai
naluri. Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan naluri
pada tiap manusia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka disebut juga sebagai
dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia , antara lain adalah:
1. Dorongan untuk mempertahankan
hidup;
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
Akhlak adalah hal yang terpenting
dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku,
tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk.Rasulullah saw bersabda:
” Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik
akhlaknya”.Pada makalah ini kami akan memaparkan pengertian akhlak, norma,
etika, moral dan nilai.
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan:
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta
erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul
sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan
makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.Secara terminologi kata “budi
pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti.
Budi adalah yang ada pada manusia ,
yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau
character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh
hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari
hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku
manusia.Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam
jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah
sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa
banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak
itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan
timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena
sudah menjadi budaya sehari-hariDefenisi akhlak secara substansi tampak saling
melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam
perbuatan akhlak, yaitu : Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa
saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar,
hilang ingatan, tidur dan gila.Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbutan
yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang
dapat dinilai baik atau buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena
bersandiwaraKelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak
(khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan
semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan suatu pujian.
Disini kita harus bisa membedakan
antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang
hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
Menyambut era globalisasi dan
Teknologi Informasi dalam abad ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang
sangat signifikan dalam perkembangan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut
dapat meliputi perubahan yang mengarah kepada kehidupan yang lebih baik
(perubahan positif) maupun perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang bersifat
negatif.
Salah satu dampak negatif yang
dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan akhlak dan budi pekerti
yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di Indonesia, padahal tidak
dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti menjadi peranan sangat
penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat yang beradab dan
berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur,
masyarakat yang adil dan bermartabat dan lalainya ketidaksinambungan antara hak
yang mereka dapatkan dan kewajiban yang harus mereka jalani.
Untuk mengantisipasi kerusakan moral
yang akan terjadi di kehidupan masyarakat mendatang, tentunya diperlukan adanya
usaha untuk menyadari pentingnya penanaman kesadaran tentang hak dan kewajiban
yang berkesinambungan secara utuh dengan penuh keinsyafan, walau terkadang
dalam menunaikan kewajiban seringkali adanya penderitaan yang harus dirasakan.
Dalam ajaran akhlak dan budi
pekerti, setiap diri manusia harus bisa mengatur keseimbangan yang sangat tajam
antara hak dan kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Setiap anggota masyarakat harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis dan saling menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama
anggotanya.
Beberapa
jenis akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungannya adalah :
1.
Melaksanakan ibadanya dengan
khusyuk.
2.
Mendirikan shalat berjamaah.
3.
Banyak menghadiri pengajian.
4.
Menuntut ilmu dengan baik dan
berprestasi.
5.
Hidup bergotong-royong dan saling
membantu.
6.
Berani membela kebenaran.
7.
Mengajarkan ilmu yang benar kepada
orang lain.
8.
Bergaul dengan sopan santundan senang
bersilaturahmi.
Dalam bahasa
Al-Qur’an, akhlak-akhlak yang baik atau terpuji, yaitu sifat setia (al-amanah),
pemaaf (al-afwu), benar (ash-shidiq), menepati janji (al-wafa),
adil (al-adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya’),
berani (asy-syaja’ah), kuat (al-quwwah), sabar (ash-shabru),
kasih sayang (ar-rahmah), murah hati (as-sakha’u), tolong
menolong (at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (al-ikha’),
silaturahmi, hemat (al-iktishad), menghormati tamu (asl-dliyafah),
merendah diri (at-tawdhu’), menundukan diri kepada Allah SWT (al-khusyu’),
berbuat baik (al-ihsan), berbudi tinggi (al-muru’ah), memlihara
kebersihan badan (an-nadhafah), selalu cenderung pada kebaikan (as-shalihah),
merasa cukup dengan apa yang ada (al-qana’ah), tenang (as-sakinah),
lembut (ar-rifqu), dan sebagainya.
Jenis-jenis
akhlak yang buruk dan berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya adalah :
1.
Banyak berdusta.
2.
Berkhianat.
3.
Selalu buruk sangka kepada orang
lain.
4.
Tidak mau beribadah
5.
Menghina dan merendahkan orang lain.
6.
Tidak mau bersosialisasi.
7.
Menutup diri dan sombong.
8.
Menjadi penghasut dan pengadu domba.
9.
Mengembangkan permusuhan.
10.
Egois dan individualis.
11.
Senang melihat orang lain susah dan
susah meihat orang senang.
12.
Mudah tersinggung dan pendendam.
13.
Tidak toleran kepada keyakinan orang
lain.
14.
Berlaku tidak adil dalam memutuskan perkara.
Dalam bahasa
Al-Qur’an, akhlak-akhlak buruk atau tercela adalah egoisti (ananiah), lacur
(al-baghyu), kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), pemabuk (al-khamru), khianat
(al-khianah), aniaya (adh-dhulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan dosa besar (al-fawahisy),
pemarah (al-ghadab), curang dan culas (al-ghasysyu), mengumpat (al-ghibah), adu
domba (an-namimah), menipu daya (al-gurur), dengki (al-hasad), dendam
(al-hiqdu), berbuat kerusakan (al-ifsad), sombong (al-istikbar), mengingkari
nikmat (al-kufran), homoseksual (al-liwath), membunuh (qatlunafsi) makan riba’
(ar-riba), ingin dipuji (ar-riya’), ingin didengar kelebihannya (as-sum’ah),
berolok-olok (as-sikhriyah), mencuri (as-sirqah), mengikuti hawa nafsu
(asy-syahawat), boros (at-tabzir), tergesa-gesa (al-‘ajalah), fasik, munafik,
dan sebagainya.
Rasulullah SAW pernah mengatakan,
“Orang muslim yang baik adalah orang muslim yang selamat dari lidah dan
tangannya”. Artinya, pergaulan manusia seharusnya dapat menjaga perkataannya
sehingga tidak menyakitkan orang lain karena sakit hati dapat mengakibatkan
dendam dan pembunuhan. Demikian pula, menjaga tangan, kekuatan, dan
kekuasaannya karena menyalahgunakan kekuasaan akan mengakibatkan kesengsaraan
bagi orang lain. Oleh karena itu, Rasulullah SAW berpesan kepada umat Islam
agar bersatu padu saling bersilaturahmi, dan tolong menolong dalam kebajikan
dan kebenaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu.
Akhlak akan mendorong manusia melakukan suatu perbuatan yang baik dan buruk. Dalam posisi
manusia sebagai makhluk sosial yang tak terpisahkan
dengan lingkungannya, akhlak akan memiliki implikasi atau hubungan timbal balik
manusia terhadap lingkungannya.
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan
pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu
sendiri.Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda.
Belajar didefinisikan sebagai
perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai
bentuk pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar
dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara terartur dan
berkesinambungan.
Dengan dua
komponen penting, yaitu persepsi dan belajar, manusia mengembangkan kebudayaannya
yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses
belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaannya tidak
pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya.
Oleh sebab itu, setiap akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada
kehidupan internal dan eksternalnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu
Akhlak, Bandung : Pustaka Setia, 2010
Ya’qub, Hamzah, Etika Islam, Bandung
: Diponegoro, 1996
Sudarsono, Etika Islam Tentang
Kenakalan Remaja, Jakarta : Bina Aksara, 1989
Masyhur, Kahar, Membina Moral dan
Akhlak, Jakarta : Rineka Cipta, 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar