BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
mempelajari ilmu ekonomi dan isi dalam pembahasanya, dibutuhkan sebuah
pendahuluan mengenai pengenalan mendasar tentang ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi
yaitu sebagai alokasi sumber-sumber yang langka diantara berbagai alternatif
tujuan penggunaan. Teori ekonomi mikro membahas mengenai pengertian ilmu
ekonomi, permintaan dan penawaran pasar, konsep elastisitas, teori perilaku
konsumen dan produsen, teori biaya produksi, memaksimumkan laba, serta
jenis-jenis pasar. Namun saat ini kami hanya akan menjelaskan mengenai konsep
elastisitas dan teori perilaku konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep elastisitas permintaan?
2.
Bagaimana konsep elastisitas penawaran?
3.
Bagaimana elastisitas jangka pendek dan jangka panjang?
4.
Bagaimana aplikasi konsep elastisitas?
5.
Apa saja pengertian dan asumsi utama dalam teori perilaku
konsumen?
6.
Apa yang dimaksud teori kardinal?
7.
Apa yang dimaksud teori ordinal?
BAB II
KONSEP ELASTISITAS
2.1 Elastisitas Permintaan
Permintaan
adalah keinginan konsumen membeli barang pada berbagai tingkat harga selama
periode tertentu.
Faktor-faktor yang memperngaruhi permintaan:
a. Harga
barang itu sendiri.
Jika harga suatu barang
semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah. Begitu jika
sebaliknya.
b. Harga
barang lain yang terkait.
harga
barang juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tapi kedua barang macam
tersebut mempunyai keterkaitan. Terkaitan kedua barang dapat bersifat substitusi
(pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap). Misalnya, barang substitusi
dari daging ayam adalah adalah daging sapi, ikan atau tempe. Suatu barang
menjadi substitusi barang lain bila terpenuhi paling tidak salah satu syarat
dari dua syarat yang fungsinya sama dengan kandungan yang sama.
c. Tingkat
pendapatan perkapita
Tingkat
pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingginya
pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang
meningkat.
d. Selera
atau kebiasaan
Selera atau kebiasaan
juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Beras misalnya. Walaupun
harganya sama, permintaan beras pertahun di provinsi Maluku lebih rendah di
bandingkan Sumatra utara.
e. Perkiraan
harga masa mendatang.
Bia kita memperkirakan
bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang sekarang,
sehingga orang untuk membeli orang lebih banyak saat ini guna menghemat belanja
di masa mendatang.
·
Fungsi permintaan
Fungsi permintaan
adalah permintaan yang di tanyakan dalam hubungan matematis dengan faktor faktor
yang memengaruhi. Dengan fungsi permintaan, maka kita dapat mempengaruhi
hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variabel) dan variabel variabel
bebas (independent variabel)
Penjelasan
di muka dapat di tulis dalam bentuk persamaan matematis yang menjelaskan
hubungan antara tingat permintaan dengan faktor faktor yang mempengaruhi
permintaan.
Dx=
f(Px,Py,Y/cap,sel,pen,Pp,Ydist,prom)…………………………(2.1)
Di
mana:
Dx = permintaan barang X
Px = harga X
Py = harga Y (barang subtitasi atau komplemen)
Y/cap =
pendapatan perkapta
Sel = selera
atau kebiasaan
Pen = jumlah
penduduk
Pp = perkiraan
harga X periode mendatang
Ydist =
distribusi pendapatan
Prom = upaya
produsen meningkatkan penjualan (promosi)
Dx adalah variabel tidak bebas, Karena besar
nilainya di tentukan oleh variabel bariabel lain, yaitu yang berbeda di sisi
kanan permasaan (2.1).
variabel
variabel ini di sebu variabel bebas, karena besar nilainya tidak tergantung
besarnya nilai variabel lain.
Tanda positif (+) dan negative (-) menujukan
pengaruh masing masing fariabel bebas terhadap permintaan barang X. tanda
positif menunjukan hubungan sejarah, sedangangkan tanda negative menunjukan
hubungan baik. Dalam harga barang itu sendiri, harga barang lain,dan
pendapatan.
Dalam
kasus barang inferior (inferior good), jika pendapatan naik maka permintaan
terhadap barang akan menurun, selain barang inferior, kita juga mengenal barang
giffen (giffen good). Barang giffen adalah juga inferiornamun barang
inferior belum tentu barang giffen.
Seseorang misalnya, yang berkerja di Jakarta dan keluarganya tinggal di bandung
ia akan pulang seminggu sekali (setiap jumat sore). Bila pilang ke bandung, ia
akan pulang seminggu sekalai (setiap jumat sore). Dengan pendapatan
Rp.2000,000,- per bulan iya selalu mengunakan bus antarkota bila pulang ke
bandung. Jika penghasilan naik menjadi Rp.3,500,000,- per bulan ia lantas akan
sering pulng ke bandung (dengan naik bus) melainkan akan pulang seminggu
sekalai, tetapi ia kadang kadang naik kereta api parahyangan. Kita takan bahwa
bagi orang tadi orang jdi jasa bus adalah barang inferior dan jasa kereta api
parahyangan (pada saat itu) merupakan barang normal (normal goods) bila kelak
penghasilannya naik lagi, mungkin baginya jasa kereta api menjadi barang
inferior, karena kadang kadang ia akan naik mobil pribadi ke bandung. Jadi
barang inferior tidak berlaku bagi semua (kebanyakan) orangmalainkan hanya
berlaku bagi suatu kelompok masyarakat penghasilan tentu saja.apabila bagi
semua orang (atau sebagai besar masyarat) suatu barang di anggap barang
inferior, maka barang tersebut di namakan barang giffen.
a. Skedul
dan kurva permintaan
Skedul
permintaan adalah daftar hubungan anara harga suatu barang dan tingkat
permintaan barang tersebut.
Misalnya,
fungsi permintaan beras di kota beras per bulan merupakan fungsi linear berikut
ini,
Qd=100–10P…………………………………………………………………..
Di
mana: Qd = permintaan beras (dalam ribuan ton)
P = harga beras perkilogram (dalam rupiah)
Dari
persamaan kita dapat menyimpulkan bahwa jika harga beras nol (gratis)
permintaan beras tidaklah terhingga, melaikan hanya 100.000ton. permintaan
beras menjadi nol kalau harga beras 10,000,- atau lebih perkilogram kita dapat
juga menentukan beberapa jumlah permintaan beras pada berbagai tingkat harga
nol rupiah sampai 10,000,- per kilogram.
b. Perubahan
yang di minta dan perubahan permintaan
Perubahan
permintaan terjadi karenadua sebab utama, yaitu perubahan harga dan perubahan
faktor cetiris paribus, misalnya pendapatan, selera, dan sebagainya (factor
harga).
Perubahan
harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang di minta, tetapi prubahan itu
hanya terjadi dalamsuatu kurva yang sama. Ini di sebut pergerakan permintaan
kurva permintaan.
c. Kasus
pengucualian
Di
dalam penjelasan tentang hukum permintaan. Adakalanya hukum permintaan tidak
berlaku, yaitu kalu harga suatu barang naik justru permintaan terhadap barang
tersebut meningkat. Paling tidak ada tiga barang di mna hukum permintaan
berlaku.
d. Barang
meniliki unsur spekulisi.
Misalnya
saja emas, saham dan tanah (di kota). Barang barang itu dapat menyebabkan orang
akan menambahnya pembeliannya pada saat harga naik, karena ada unsur spekulasi.
Mereka mengharapkan harga akan naik lagi pada saat harga itu naik, dengan
demikian mereka mengharapkan akan memperoleh keuntungan.
e. Barang
prestis
Barang
barang yang dapat menambah prastise seseorang yang memiliki umumnya berharga
mahal sekali, kalau barang tersebut naik harganya, karena bagi orang yang
membeli berarti gengsinya naik. Contohnya adalah mobil mewah, lukisan dari
pelukis terkenal (apalagi lukisan nya sudah meninggal dunia) atau barang barang
antik.
f. Barang
giffen
Untuk
barang giffen (giffen good) apalagi harganya turunnya menyebabkan jumlah barang
di minta akan berkurang, hal ini disebabkan efek pendapatan yang negative dari
barang giffen lebih besar dari pada naiknya jumlah brang yang di minta karna
berlakunya efek subsitasi yang selalu positif. Dalam hal ini, apa bila suatu harga
turun, maka pendapatan nyata konsumen bertambah. Untuk khasus barang giffen,
kenaikan pendapat nyata konsumen justru mengakibatkan permintaan terhadap
barang tersebut menjdi berkurang (pendapatan nyata adalah pendapatan
berdasarkan jual beli, artinya sudah memperhitungkan kenaikan dan pernurunan
harga.perndapatan yang bekum memperhatikan factor harga dinamakan pendapatan
nominal atau money income).
2.2 Elastisitas
Penawaran
Elastisitas penawaran (es) dapat didefiniskan dengan
analogi logika yang sama dengan elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran
adalah angka yang menunjukkan berapa persen jumlah barang yang ditawarkan
berubah, satu persen. Elastisitas penawaran juga dapat dikaitkan dengan
faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang dianggap memengaruhinya, seperti
tingkat bunga, tingkat upah, harga bahan baku dan harga bahan antara lainnya.
Atau
Secara grafis tingkat elastisitas penawaran terlihat
dari slope kurva penawaran: makin
datar, makin elastis penawaran suatu barang.
Bentuk-bentuk Kurva
Penawaran
(Berkaitan
Dengan Elastisitas Penawaran)
Harga
Es
= 0
Es
= 1
makin
elastis
Es
= ∞
45o
0 kuantitas
Faktor-faktor yang Menentukan Elastisitas Penawaran
a.
Jenis
Produk.
Kurva penawaran produk pertanian
umumnya inelastis, sebab produsen tidak mampu memberikan respons yang cepat
terhadap perubahan harga. Jika harga beras naik 10%, petani harus menanam
dahulu dan baru 3-4 bulan kemudian dapat memanen hasil. Sementara kurva
penawaran produk industry umumnya elastis, sebab mampu berespons cepat terhadap
perubahan harga. Bila harga tekstil meningkat, pabrik tekstil akan
memperpanjang jam kerja mesin, menambah pekerja harian atau memberikan
kesempatan lembur.
b.
Sifat
Perubahan Biaya Produksi.
Selain tergantung pada jenis
produknya, elastisitas penawaran dipengaruhi juga oleh sifat perubahan biaya
produksi. Penawaran akan bersifat inelastic bila kenaikan penawaran hanya dapat
dilakukan dengan me-ngeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila penawaran dapat
ditambah dengan pengeluaran biaya tambah yang tidak terlalu besar, penawaran
akan bersifat elastis. Apakah biaya produksi akan meningkat dengan cepat atau
lambat apabila produksi ditambah, tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1) Tingkat
penggunaan kapasitas perusahaan. Apabila kapasitasnya telah mencapai tingkat
yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk menambah produksi. Dalam
keadaan ini kurva penawaran akan menjadi inelastis.
2) Kemudahan
memperoleh faktor-faktor produksi.
Penawaran akan menjadi inelastic
apabila faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan produksi sulit
diperoleh.
c.
Jangka
Waktu. Jangka waktu juga dapat memengaruhi besarnya
elastisitas penawaran yang akan diuraikan dalam sub bab mengenai Elastisitas
Jangka Pendek dan Jangka Panjang berikut ini.
2.3 Elastisitas Jangka
Pendek dan Jangka Panjang
a. Elastisitas
Permintaan
1)
Elastisitas
Harga
Untuk barang-barang yang habis dipakai dalam waktu
kurang dari setahun (barang tidak tahan lama atau non durable goods),
elastisistas harga lebih besar dalam jangka panjang dibanding dalam jangka
pendek. Ada dua penyebab.
Pertama, konsumen membutuhkan
waktu untuk mengubah kebiasaan mereka. Bila harga kopi naik, konsumen yang
biasa minum kopi banyak (lebih dari tiga gelas per hari), sulit mengubah
kebiasaan itu dalam jangka pendek. Akibatnya permintaan kopi dalam jangka
pendek mengalami penurunan yang relatif sedikit dibanding dalam jangka panjang.
Kedua, kadang-kadang
permintaan terhadap suatu barang berkaitan dengan barang lain, yang
perubahannya baru dilihat dalam jangka panjang. Misalnya, bila harga BBM naik,
maka konsumen segera melakukan penyesuaian dengan mengurangi jam pemakaian
kendaraan, sehingga dalam jangka pendek elastisitas harga lebih besar. Tetapi
konsumen tidak dapat mengubah jumlah stock kendaraannya, atau segera
menggantikan kendaraanna dengan model yang lebih efisien dalam penggunaan bahan
bakar. Dalam dua atau tiga tahun kemudian, dengan mobil yang lebih efisien,
penurunan penggunaan BBM akan lebih besar. Sehingga elastisitas harga
permintaan jangka panjang lebih besar daripada jangka pendek.
Sebaliknya untuk barang yang
masa konsumsinya lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods),
permintaanya lebih elastis dalam jangka pendek dibanding jangka panjang. Jika
harga mobil naik 10%, dalam jangka pendek permintaan terhadap mobil dapat saja
turun sekitar 15%. Tetapi dalam jangka panjang, karena banyak mobil yang harus
diganti (replaced), pembelian akan naik lagi, sehingga penurunan permintaan
dalam jangka panjang kurang dari 15%.
Harga harga
Kurva permintaan
kurva permintaan
Jangka
pendek jangka
panjang
Kurva permintaan
Jangka
panjang kurva
permintaan
Jangka pendek
Ds DL
0 kuantitas BBM 0 kuantitas mobil
2)
Elastisitas
Pendapatan
Elastisitas pendapatan dalam jangka panjang bagi
barang nondurabel lebih besar dibanding jangka pendek. Jika pendapatan
meningkat 20% masyarakat yang tadinya hanya mampu makan gaplek, sekarang
sebenarnya mampu membeli beras. Namun karena sudah terbiasa makan gaplek,
mereka tidak segera mengganti konsumsinya ke beras. (Gaplek adalah bahan
makanan yang berasal dari singkong dikeringkan, dapat dibuat makananyang
dinamakan tiwul sebagai pengganti nasi).
Sebaliknya barang durabel, elastisitas pendapatan
dalam jangka pendek lebih besar daripada jangka panjang. Jika pendapatan naik
25%, perubahan permintaan terhadap mobil dalam jangka pendek dapat mencapai
misalnya 30%, tetapi dalam jangka panjang lebih kecil, karena seseorang tidak
membeli mobil setiap tahun.
b. Elastisitas
Penawaran
Hampir semua barang memiliki
penawaran yang lebih elastis dalam jangka panjang, dibanding dalam jangka
pendek. Sebab dalam jangka panjang perusahaan mampu mengatasi kendala-kendala
yang muncul dalam jangka pendek. Misalnya, perusahaan mobil tidak mungkin membangun
pabrik baru dalam waktu kurang dari satu tahun, tetapi mungkin dalam waktu tiga
atau empat tahun. Dengan demikian kurva penawaran akan mobil dalam jangka
panjang lebih elastis dibanding dalam jangka pendek.
Untuk beberapa barang,
penawaran dalam jangka pendeknya inelastis sempurna (Es=0). Output sektor
properti adalah salah satu contohnya. Bila di Jakarta ada 5.000 unit apartemen
ang siap sewa, maka jumlah permintaan yang terpenuhi maksimal 5.000 unit.
Misalnya dalam tiga bulan kedepan ada lonjakan permintaan sebesar 10.000 unit,
maka kelebihan permintaan itu tidak terespon oleh sisi penawaran. Sebab tidak
mungkin membangun apartemen baru sebanyak 5.000 unit dalam tempo kurang dari
tiga bulan.
Tetapi ada juga barang
yang penawarannya justru lebih elastis dalam jangka pendek, dibanding dalam
jangka panjang. Barang itu umumnya yang dapat didaur ulang (recyciing).
Misalnya logam besi untuk kebutuhan industri dapat diperoleh dari hasil primer
pertambangan (primary metal) dan atau hasil daur ulang.
Primary metal mempunyai
elastisitas penawaran dalam jangka panjang yang lebih besar dibanding dalam
jangka pendek, baik karena kemajuan teknologi maupun cukupnya waktu untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Sebaliknya dengan besi hasil daur ulang.
Karena dapat terus didaur ulang, maka kurva penawaran dalam jangka panjangnya
lebih inelastis dibanding dalam jangka pendek.
Harga Harga
Kurva penawaran Ss kurva
penawaran SL
Jangka pendek
jangka panjang Ss
SL kurva
penawaran
Kurva penawaran jangka
pendek
Jangka panjang
0
kuantitas besi
primer 0 kuantitas
besi daur ulang
2.4 Aplikasi Konsep
Elastisitas
a.
Hubungan
Elastisitas Harga, Penerimaan dan Pendapatan Marjinal
Jika harga jual barang naik, dua kemungkinan ekstrem
reaksi para manajer. Kemungkinan pertama mereka panik, mengira kenaikan harga
menurunkan permintaan sehingga penerimaan turun. Kemungkinan kedua mereka
bergembira, mengira kenaikan harga menyebabkan penerimaan meningkat. Sikap mana
yang benar, sangat di tentukan oleh angka elastisitas harga.
Untuk barang yang permintaan nya inelastis, kenaikan
harga 10% akan menyebabkan penurunan permintaan lebih.
Elastisitas harga berhubungan dengan Penerimaan
Total (Total Revenue) dan Penerimaan
Marginal (Marginal Revenue), dimana:
· TR =
P x Q
· MR
adalah perubahan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan sebesar 1 unit.
Penurunan harga akan menaikkan TR jika permintaannya
elastis. Presentase kuantitas yang terjual akan lebih besar dari presentase
penurunan harga. Sebaliknya penurunan harga akan menurunkan TR jika permintaan
inelastis. Presentase kenaikan kuantitas yang terjual akan lebih kecil dari
presentase penurunan harga. Marginal
Revenue akan positif jika Total
Revenue meningkat, dan akan negative jika Total Revenue menurun.
b.
Pergeseran
Beban Pajak (Tax Incidence)
Jika pemerintah memutuskan mengenakan pajak untuk
barang instan, pengenaan pajak di bebankan pada produsen. Siapakah yang
diuntungkan? Sepintas tampaknya yang diuntungkan adalah konsumen karena beban
pajak ditanggung oleh produsen. Apakah benar demikian?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus
memperhatikan permintaan dan penawaran. Di sisi penawaran, sebagian indeks
elastisitasnya relative besar. Sementara di sisi permintaan, sebagai
alternative utama dari nasi, permintaannya relative inelastis. Maka distribusi
beban antara konsumen dan produsen adalah sebagai berikut:
Kondisi keseimbangan awal sebelum pajak adalah P0 dan Q0 sebesar T per unit
menyebabkan kurva penawaran bergeser dan koordinat keseimbangan berubah ke (P1.Q1).
Besarnya permintaan pajak adalah jumlah unit yang
terjual dikalikan T per unit sama dengan 0Q1 (P1-P2)
atau sama dengan luas segiempat A dan C. Kondisinya akan terbalik bila yang
inelastic adalah kurva penawaran, sementara kurva permintaannya elastis.
Contohnya anjloknya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing telah
meningkatkan permintaan Negara lain terhadap hasil kerajinan tangan Indonesia.
Pemerintah ingin memanfaatkan keadaan ini untuk meningkatkan penerimaan pajak,
dengan mengenakan pajak sebesar T per unit untuk setiap hasil kerajinan tangan
yang dibeli. Agar tidak merugikan produsen yang pada umumnya pengusaha lemah,
maka pajak dipungut kepada konsumen.
c.
Teori
Cobweb (Sarang Laba-laba)
Teori analisis cobweb menjelaskan tentang siklus
harga produk pertanian yang menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim kemusim.
Penyebab dari fluktuasi tersebut yaitu adanya reaksi yang terlambat dari pihak
produsen terhadap harga.Berikut kurva dari teorian alisis cobweb:
Kurva diatas menggambarkan teori cobweb (sarang
laba-laba) pada kondisi permintaan yang lebih elastic dibandingkan penawaran.
Misalnya pada musim 1 jumlah produk yang dihasilkan (di panen) sebanyak Q1.
Dengan kurva permintaan D, maka harga yang terjadi di pasar pada musim ke 1
adalah P1. Barang-barang atau segala sesuatu dari hasil pertanian merupakan
barang non durabel (tidak tahan lama) sehingga dengan jumlah produk sebanyak Q1
tadi harus terjual habis pada musim itu juga dengan harga P1.
Selanjutnya, atas dasar harga yang berlaku tersebut
produsen merencanakan produksinya untuk musim ke 2 (harga P1 dianggap oleh
produsen akan tetap berlaku pada musim 2). Dengan asumsi harga tetap produsen
meningkatkan hasilnya pada musim berikutnya sebesar Q2, akibatnya produksi
hasil pertanian melimpah dan hal ini dapat menurunkan harga menjadi P2. Begitu
juga pada musim ke 3, dengan asumsi harga tetap seperti yang berlaku pada musim
ke 2 maka produsen mengurangi produksinya pada musim ke 3. Berdasarkan hal
tersebut, akibatnya produksi di pasar berkurang dan harga menjadi naik sebesar
P3. Dari asumsi harga tetap kemudian dijadikan dasar bagi rencana produksi musim
ke 4, demikian seterusnya.
Apabila proses ini terus berlangsung, fluktuasinya
akan semakin mengecil dan akhirnya mencapai titik keseimbangan (equilibrium).
Pada titik tersebut, harga keseimbangannya adalah Pe dan jumlah yang diproduksi
sebanyak Qe. Pada tingkat ini terjadi kestabilan. Dalam proses tersebut tingkat
harga menunjukkan fluktuasi (naik turun) dari satu musim kemusim lainnya.
Proses ini disebut cobweb atau sarang laba-laba, hal tersebut disebabkan
gambarnya menyerupai sarang laba-laba.
TEORI PERILAKU KONSUMEN
2.5 Pengertian – pengertian dan Asumsi – asumsi
Utama
Bab ini akan
menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber daya ekonominya.
Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum. Untuk dapat
membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan asumsi dasar (utama).
a.
Barang
(Commodities)
Barang adalah
benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila
seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruhnya digabungkan
dalam bundle barang (commodities bundle).
Barang yang dikonsumsi mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar
manfaat yang diperoleh (good).
Contohnya pakaian, makin banyak dimiliki makin member manfaat. Sesuatu yang
bila konsumsinya ditambah justru menguragi kenikmatan hidup (bad), yang tidak dimasukkan dalam
analisis. Misalnya, penyakit, makin banyak makin menyusahkan.
b.
Utilitas
(Utility)
Utilitas
(Utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif
penggunaannya. Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan konsumen. Utilitas
Total (total utility / TU) adalah
manfaat total yang diperoleh dari seluruh barang yang dikonsumsi. Utilitas
marjinal (marjinal utility/MU) adalah
tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit
barang.
c.
Hukum
pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility)
Pada awalnya
penambahan konsumsi atau barang akan memberi tambahan utilitas yang besar,
tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin menurun, bahkan menjadi
negative. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut sebagai Hukum
Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility,
dan disingkat menjadi LDMU). Dalam analilis perilaku konsumen, gejala LDMU
dilihat dari makin menurunnya nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya
adalah perubahan utilitas marjinal, analilis ini dikenal sebagai analisis
marjinal (marginal analysis).
d.
Konsistensi
preferensi (Transitivity)
Konsep Peferensi
berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan agar dapat
mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan preferensi
konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan sama-sama disukai (indifference).
Misalnya ada dua barang X dan Y, maka konsumen mengatakan X lebih disukai
daripada Y (X > Y) atau X sama-sama disukai seperti Y (X=Y). Tanpa sikap ini
perilaku konsumen sulit dianalisis.
Syarat lain agar
perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi preferensi.
Bila barang X lebih disukai dari Y (X>Y) dan barang Y lebih disukai dari Z
(Y>Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X>Z). Konsep ini disebu
transitivitas (transitivity).
e.
Pengetahuan
Sempurna (Perfect Knowledge)
Konsumen
diasumsinkan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan
keputusan konsumsinya. Mereka tau persis kualitas barang, kapasitas produksi,
teknologi yang digunakan dan hargabarang pasar. Mereka mampu memprediksi jumlah
penerimaan untuk suatu periode konsumsi.
2.6 Teori Kardinal
(Cardinal Theory)
Teori Kardinal manyatakan bahwa kegunaan
dapat dhitung secara nominal, sebagaimana kita menghitung berat dengan gram
atau kilogram, panjang dengan centi-meter dan meter. Sedangkan satuan ukuran
kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk mengomsumsi suatu
barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang
harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas
total (TU). Tambahan kegunaan dari tambahan dari penambahan satu unit barang yang dikonsumsi disebut
utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan ntuk konsumsi adalah
jumlah unit barang dikalikan harga per unit. Untuk setiap unit tambahan konsumsi,
tambahan biaya yang harus di keluarkan sama dengan harga barang per unit.
Misalnya Ahmed ingin membeli baju, yang
harga per helainya Rp25.000,00. Berapa buah baju yang akan dikonsumsi? Untuk
menjawabnya, kita harus tahu dahulu nilai nilai baju itu bagi Ahmed yang
diasumsikan setara dengan rupiah. Seandainya pola konsumsi Ahmed seperti
ditunjukkan dalam tabel
Tabel
4.1 Utilitas Total dan Utilitas Marjinal dari Mengonsumsi Baju
Harga Baju per helai (Rp)
|
Jumlah baju yang dikonsumsi
|
Uang yang harus dikeluarkan(Rp)
|
Kegunaan Total/TU(util)
|
Tambahan Kegunaan/MU(util)
|
25.000
|
1
|
25.000
|
50.000
|
50.000
|
25.000
|
2
|
50.000
|
125.000
|
75.000
|
25.000
|
3
|
75.000
|
185.000
|
80.000
|
25.000
|
4
|
100.000
|
225.000
|
40.000
|
25.000
|
5
|
125.000
|
250.000
|
25.000
|
25.000
|
6
|
150.000
|
250.000
|
0
|
25.000
|
7
|
175.000
|
225.000
|
-25.000
|
25.000
|
8
|
200.000
|
100.000
|
-125.000
|
Bagi
Ahmed, baju pertama nilai kegunaannya jauh lebih besar dibanding uang yang
harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp25.000,00 diperoleh kegunaan 50.000 util.
Karenanya dia mau menambah konsumsi bajunya. B aju yang kedua memberi tambahan
kegunaan (MU) lebih besar dari yang pertama, yaitu 75.000 util, berarti
kegunaan total (TU) menjadi 125.000 util. Walaupun telah terjadi penurunan MU
(hukum pertambahan manfaat yang makin menurun telat terjadi) , tetap lebih
menguntungkan. Seandainya Ahmed terus menambah konsumsi bajunya, maka setelah
baju kelima penambahan konsumsi tidak menambah TU, bahkan dapat menurunkan TU
karena MU sudah ˂0 (negatif). Pergerakan angka-angka dalam tabel dapat
diterjemahkan dalam bentuk grafik berikut ini (Diagram 4.1). terlihat kurva TU
pada awalnya menaik tajam, seiring naiknya nilai MU. Di titik A MU mencapai
maksimum, untuk selanjut-nya menurun yang menyebabkan slope kurva TU makin
mendatar.
Dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Ahmed akan berhenti mengonsumsi pada baju
yang kelima. Jika setelah itu dia menambah jumlah baju yang dikonsumsi,
tindakan itu tidak menambah TU, bahkan menguranginya. Ahmed berhenti
mengonsumsi pada saat harga baju
(Rp25.000,00) sama dengan nilai utilitas marjinal (25.000 util).
MU
= P
...........................................................................................................................(4.1)
Prinsip ini berlaku untuk semua barang,
sehingga konsumen akan mencapai kepuasan maksimum pada saat :
MUx
= Px
...........................................................................................................................(4.2)
Di
mana: Mux = tambahan kegunaan X
Px = harga x
2.7 Teori Ordinal
(Ordinal Theory)
a.
kurva indifferensi (indifference curve)
Menurut
Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung; hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk
menjelaskan pendapatnya teori ordinal menggunakan kurva indifferensi
(indifference curve). Kurva indiffernsi adalah kurva yang menunjukan berbagai
kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama
bagi seorang konsumen.
b.
kurva garis anggaran (gudget line curve)
garis
anggaran budget line adalah kurva yang menunjukan kombinasi konsumsi dua macam
barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.
c.
perubahan harga barang dan pendapatan
perubahan
harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besarnya luas
bidang segitiga yang dibatasi curva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga
makin luas, daya beli meningkat. Begitu juga sebaliknya.
d.
keseimbangan konsumen
kondisi
keseimbangan adalah kondisi dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh
pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk
mencapai tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaan), atau tingkat
kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi
biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan tercapai pada saat curva garis
anggaran (menggambarkan tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva
indifferensi (menggambarkan tingkat kepuasan)
e.
reaksi terhadap perubahan harga barang
keseimbangan
yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika pendapatan
nyata meningkat, konsumen dapat menaikan tingkat kepuasannya. Sebaliknya bila
pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat kepuasannya,
disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang menurun.
f.
reaksi terhadap perubahan nominal
suatu faktor lain yang dapat mengubah
keseimbangan konsumen adalah perubahan pendapatan nominal. Karena rasio harga
tidak berubah maka kurva garis anggran bergeser sejajar dengan kurva garis
anggaran sebelumnya.
g.
efek substitusi (subtitution effect) dan efek pendapatan (income effect)
ketika
kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan terhadapnya
bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total interaksi
antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga, terhadap
terhadap keseimbangan konsumen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Elastisitas merupakan derajat kepekaan kuantitas
yang diminta (ditawarkan) terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi
permintaan (penawaran). Elastisitas dapat juga diartikan sebagai arsi yang
digunakan untuk mengukur perubahan jumlah yang diminta atau yang ditawarkan
sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi.
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan
keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semua ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Daftar Pustaka
Rahardja, prathama & mandala
manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jakarta: Lembaga penerbit fakultas ekonomi universitas indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar