Selasa, 01 Maret 2016

Makalah Konsep Elastisitas dan Teori Prilaku Konsumen



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu ekonomi dan isi dalam pembahasanya, dibutuhkan sebuah pendahuluan mengenai pengenalan mendasar tentang ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi yaitu sebagai alokasi sumber-sumber yang langka diantara berbagai alternatif tujuan penggunaan. Teori ekonomi mikro membahas mengenai pengertian ilmu ekonomi, permintaan dan penawaran pasar, konsep elastisitas, teori perilaku konsumen dan produsen, teori biaya produksi, memaksimumkan laba, serta jenis-jenis pasar. Namun saat ini kami hanya akan menjelaskan mengenai konsep elastisitas dan teori perilaku konsumen.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep elastisitas permintaan?
2.      Bagaimana konsep elastisitas penawaran?
3.      Bagaimana elastisitas jangka pendek dan jangka panjang?
4.      Bagaimana aplikasi konsep elastisitas?
5.      Apa saja pengertian dan asumsi utama dalam teori perilaku konsumen?
6.      Apa yang dimaksud teori kardinal?
7.      Apa yang dimaksud teori ordinal?




BAB II
KONSEP ELASTISITAS
2.1       Elastisitas Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu.
Faktor-faktor yang memperngaruhi permintaan:
a.       Harga barang itu sendiri.
Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah. Begitu jika sebaliknya.
b.      Harga barang lain yang terkait.
harga barang juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tapi kedua barang macam tersebut mempunyai keterkaitan. Terkaitan kedua barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap). Misalnya, barang substitusi dari daging ayam adalah adalah daging sapi, ikan atau tempe. Suatu barang menjadi substitusi barang lain bila terpenuhi paling tidak salah satu syarat dari dua syarat yang fungsinya sama dengan kandungan yang sama.
c.       Tingkat pendapatan perkapita
Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingginya pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.
d.      Selera atau kebiasaan
Selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Beras misalnya. Walaupun harganya sama, permintaan beras pertahun di provinsi Maluku lebih rendah di bandingkan Sumatra utara.

e.       Perkiraan harga masa mendatang.
Bia kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang sekarang, sehingga orang untuk membeli orang lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa mendatang.
·         Fungsi permintaan
Fungsi permintaan adalah permintaan yang di tanyakan dalam hubungan matematis dengan faktor faktor yang memengaruhi. Dengan fungsi permintaan, maka kita dapat mempengaruhi hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variabel) dan variabel variabel bebas (independent variabel)

Penjelasan di muka dapat di tulis dalam bentuk persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingat permintaan dengan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan.
Dx= f(Px,Py,Y/cap,sel,pen,Pp,Ydist,prom)…………………………(2.1)
Di mana:
 Dx = permintaan barang X
             Px = harga X
             Py = harga Y (barang subtitasi atau komplemen)
 Y/cap = pendapatan perkapta
 Sel = selera atau kebiasaan
 Pen = jumlah penduduk
 Pp = perkiraan harga X periode mendatang
 Ydist = distribusi pendapatan
 Prom = upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi)
Dx adalah variabel tidak bebas, Karena besar nilainya di tentukan oleh variabel bariabel lain, yaitu yang berbeda di sisi kanan permasaan (2.1).
variabel variabel ini di sebu variabel bebas, karena besar nilainya tidak tergantung besarnya nilai variabel lain.
Tanda positif (+) dan negative (-) menujukan pengaruh masing masing fariabel bebas terhadap permintaan barang X. tanda positif menunjukan hubungan sejarah, sedangangkan tanda negative menunjukan hubungan baik. Dalam harga barang itu sendiri, harga barang lain,dan pendapatan.
Dalam kasus barang inferior (inferior good), jika pendapatan naik maka permintaan terhadap barang akan menurun, selain barang inferior, kita juga mengenal barang giffen (giffen good). Barang giffen adalah juga inferiornamun barang inferior  belum tentu barang giffen. Seseorang misalnya, yang berkerja di Jakarta dan keluarganya tinggal di bandung ia akan pulang seminggu sekali (setiap jumat sore). Bila pilang ke bandung, ia akan pulang seminggu sekalai (setiap jumat sore). Dengan pendapatan Rp.2000,000,- per bulan iya selalu mengunakan bus antarkota bila pulang ke bandung. Jika penghasilan naik menjadi Rp.3,500,000,- per bulan ia lantas akan sering pulng ke bandung (dengan naik bus) melainkan akan pulang seminggu sekalai, tetapi ia kadang kadang naik kereta api parahyangan. Kita takan bahwa bagi orang tadi orang jdi jasa bus adalah barang inferior dan jasa kereta api parahyangan (pada saat itu) merupakan barang normal (normal goods) bila kelak penghasilannya naik lagi, mungkin baginya jasa kereta api menjadi barang inferior, karena kadang kadang ia akan naik mobil pribadi ke bandung. Jadi barang inferior tidak berlaku bagi semua (kebanyakan) orangmalainkan hanya berlaku bagi suatu kelompok masyarakat penghasilan tentu saja.apabila bagi semua orang (atau sebagai besar masyarat) suatu barang di anggap barang inferior, maka barang tersebut di namakan barang giffen.
a.       Skedul dan kurva permintaan
Skedul permintaan adalah daftar hubungan anara harga suatu barang dan tingkat permintaan barang tersebut.
Misalnya, fungsi permintaan beras di kota beras per bulan merupakan fungsi linear berikut ini,
Qd=100–10P…………………………………………………………………..
Di mana: Qd = permintaan beras (dalam ribuan ton)
               P = harga beras perkilogram (dalam rupiah)
Dari persamaan kita dapat menyimpulkan bahwa jika harga beras nol (gratis) permintaan beras tidaklah terhingga, melaikan hanya 100.000ton. permintaan beras menjadi nol kalau harga beras 10,000,- atau lebih perkilogram kita dapat juga menentukan beberapa jumlah permintaan beras pada berbagai tingkat harga nol rupiah sampai 10,000,- per kilogram.
b.      Perubahan yang di minta dan perubahan permintaan
Perubahan permintaan terjadi karenadua sebab utama, yaitu perubahan harga dan perubahan faktor cetiris paribus, misalnya pendapatan, selera, dan sebagainya (factor harga).
Perubahan harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang di minta, tetapi prubahan itu hanya terjadi dalamsuatu kurva yang sama. Ini di sebut pergerakan permintaan kurva permintaan.
c.       Kasus pengucualian
Di dalam penjelasan tentang hukum permintaan. Adakalanya hukum permintaan tidak berlaku, yaitu kalu harga suatu barang naik justru permintaan terhadap barang tersebut meningkat. Paling tidak ada tiga barang di mna hukum permintaan berlaku.
d.      Barang meniliki unsur spekulisi.
Misalnya saja emas, saham dan tanah (di kota). Barang barang itu dapat menyebabkan orang akan menambahnya pembeliannya pada saat harga naik, karena ada unsur spekulasi. Mereka mengharapkan harga akan naik lagi pada saat harga itu naik, dengan demikian mereka mengharapkan akan memperoleh keuntungan.
e.       Barang prestis
Barang barang yang dapat menambah prastise seseorang yang memiliki umumnya berharga mahal sekali, kalau barang tersebut naik harganya, karena bagi orang yang membeli berarti gengsinya naik. Contohnya adalah mobil mewah, lukisan dari pelukis terkenal (apalagi lukisan nya sudah meninggal dunia) atau barang barang antik.
f.       Barang giffen
Untuk barang giffen (giffen good) apalagi harganya turunnya menyebabkan jumlah barang di minta akan berkurang, hal ini disebabkan efek pendapatan yang negative dari barang giffen lebih besar dari pada naiknya jumlah brang yang di minta karna berlakunya efek subsitasi yang selalu positif. Dalam hal ini, apa bila suatu harga turun, maka pendapatan nyata konsumen bertambah. Untuk khasus barang giffen, kenaikan pendapat nyata konsumen justru mengakibatkan permintaan terhadap barang tersebut menjdi berkurang (pendapatan nyata adalah pendapatan berdasarkan jual beli, artinya sudah memperhitungkan kenaikan dan pernurunan harga.perndapatan yang bekum memperhatikan factor harga dinamakan pendapatan nominal atau money income).


2.2 Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran (es) dapat didefiniskan dengan analogi logika yang sama dengan elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan berapa persen jumlah barang yang ditawarkan berubah, satu persen. Elastisitas penawaran juga dapat dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang dianggap memengaruhinya, seperti tingkat bunga, tingkat upah, harga bahan baku dan harga bahan antara lainnya.
Atau

Secara grafis tingkat elastisitas penawaran terlihat dari slope kurva penawaran: makin datar, makin elastis penawaran suatu barang.






                  Bentuk-bentuk Kurva Penawaran
(Berkaitan Dengan Elastisitas Penawaran)
Harga           
                       Es  = 0

                                                 Es = 1


 
                                          makin elastis


 
                                                             Es  = ∞



 
            45o      
0                                                     kuantitas
Faktor-faktor yang Menentukan Elastisitas Penawaran
a.      Jenis Produk.
Kurva penawaran produk pertanian umumnya inelastis, sebab produsen tidak mampu memberikan respons yang cepat terhadap perubahan harga. Jika harga beras naik 10%, petani harus menanam dahulu dan baru 3-4 bulan kemudian dapat memanen hasil. Sementara kurva penawaran produk industry umumnya elastis, sebab mampu berespons cepat terhadap perubahan harga. Bila harga tekstil meningkat, pabrik tekstil akan memperpanjang jam kerja mesin, menambah pekerja harian atau memberikan kesempatan lembur.


b.      Sifat Perubahan Biaya Produksi.
Selain tergantung pada jenis produknya, elastisitas penawaran dipengaruhi juga oleh sifat perubahan biaya produksi. Penawaran akan bersifat inelastic bila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan me-ngeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila penawaran dapat ditambah dengan pengeluaran biaya tambah yang tidak terlalu besar, penawaran akan bersifat elastis. Apakah biaya produksi akan meningkat dengan cepat atau lambat apabila produksi ditambah, tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1)      Tingkat penggunaan kapasitas perusahaan. Apabila kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran akan menjadi inelastis.
2)      Kemudahan memperoleh faktor-faktor produksi.
Penawaran akan menjadi inelastic apabila faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan produksi sulit diperoleh.
c.       Jangka Waktu. Jangka waktu juga dapat memengaruhi besarnya elastisitas penawaran yang akan diuraikan dalam sub bab mengenai Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang berikut ini.

2.3 Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a.      Elastisitas Permintaan
1)      Elastisitas Harga
Untuk barang-barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari setahun (barang tidak tahan lama atau non durable goods), elastisistas harga lebih besar dalam jangka panjang dibanding dalam jangka pendek. Ada dua penyebab.
      Pertama, konsumen membutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan mereka. Bila harga kopi naik, konsumen yang biasa minum kopi banyak (lebih dari tiga gelas per hari), sulit mengubah kebiasaan itu dalam jangka pendek. Akibatnya permintaan kopi dalam jangka pendek mengalami penurunan yang relatif sedikit dibanding dalam jangka panjang.
      Kedua, kadang-kadang permintaan terhadap suatu barang berkaitan dengan barang lain, yang perubahannya baru dilihat dalam jangka panjang. Misalnya, bila harga BBM naik, maka konsumen segera melakukan penyesuaian dengan mengurangi jam pemakaian kendaraan, sehingga dalam jangka pendek elastisitas harga lebih besar. Tetapi konsumen tidak dapat mengubah jumlah stock kendaraannya, atau segera menggantikan kendaraanna dengan model yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar. Dalam dua atau tiga tahun kemudian, dengan mobil yang lebih efisien, penurunan penggunaan BBM akan lebih besar. Sehingga elastisitas harga permintaan jangka panjang lebih besar daripada jangka pendek.
      Sebaliknya untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods), permintaanya lebih elastis dalam jangka pendek dibanding jangka panjang. Jika harga mobil naik 10%, dalam jangka pendek permintaan terhadap mobil dapat saja turun sekitar 15%. Tetapi dalam jangka panjang, karena banyak mobil yang harus diganti (replaced), pembelian akan naik lagi, sehingga penurunan permintaan dalam jangka panjang kurang dari 15%.
Harga                                                                                 harga
                       Kurva permintaan                                                     kurva permintaan
                              Jangka pendek                                                             jangka panjang
                                   Kurva permintaan
                                              Jangka panjang                                                            kurva permintaan
                                                                                                      Jangka pendek
  Ds                        DL


 
0                        kuantitas BBM                                                             0                   kuantitas mobil

2)      Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan dalam jangka panjang bagi barang nondurabel lebih besar dibanding jangka pendek. Jika pendapatan meningkat 20% masyarakat yang tadinya hanya mampu makan gaplek, sekarang sebenarnya mampu membeli beras. Namun karena sudah terbiasa makan gaplek, mereka tidak segera mengganti konsumsinya ke beras. (Gaplek adalah bahan makanan yang berasal dari singkong dikeringkan, dapat dibuat makananyang dinamakan tiwul sebagai pengganti nasi).
Sebaliknya barang durabel, elastisitas pendapatan dalam jangka pendek lebih besar daripada jangka panjang. Jika pendapatan naik 25%, perubahan permintaan terhadap mobil dalam jangka pendek dapat mencapai misalnya 30%, tetapi dalam jangka panjang lebih kecil, karena seseorang tidak membeli mobil setiap tahun.
b.      Elastisitas Penawaran
Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis dalam jangka panjang, dibanding dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka panjang perusahaan mampu mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam jangka pendek. Misalnya, perusahaan mobil tidak mungkin membangun pabrik baru dalam waktu kurang dari satu tahun, tetapi mungkin dalam waktu tiga atau empat tahun. Dengan demikian kurva penawaran akan mobil dalam jangka panjang lebih elastis dibanding dalam jangka pendek.
            Untuk beberapa barang, penawaran dalam jangka pendeknya inelastis sempurna (Es=0). Output sektor properti adalah salah satu contohnya. Bila di Jakarta ada 5.000 unit apartemen ang siap sewa, maka jumlah permintaan yang terpenuhi maksimal 5.000 unit. Misalnya dalam tiga bulan kedepan ada lonjakan permintaan sebesar 10.000 unit, maka kelebihan permintaan itu tidak terespon oleh sisi penawaran. Sebab tidak mungkin membangun apartemen baru sebanyak 5.000 unit dalam tempo kurang dari tiga bulan.
            Tetapi ada juga barang yang penawarannya justru lebih elastis dalam jangka pendek, dibanding dalam jangka panjang. Barang itu umumnya yang dapat didaur ulang (recyciing). Misalnya logam besi untuk kebutuhan industri dapat diperoleh dari hasil primer pertambangan (primary metal) dan atau hasil daur ulang.
            Primary metal mempunyai elastisitas penawaran dalam jangka panjang yang lebih besar dibanding dalam jangka pendek, baik karena kemajuan teknologi maupun cukupnya waktu untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sebaliknya dengan besi hasil daur ulang. Karena dapat terus didaur ulang, maka kurva penawaran dalam jangka panjangnya lebih inelastis dibanding dalam jangka pendek.
Harga                                                        Harga
    Kurva penawaran        Ss                                    kurva penawaran              SL                       
    Jangka pendek                                                      jangka panjang                    Ss                        
                                        SL                                                                                                           kurva penawaran
                        Kurva penawaran                                                                jangka pendek
                                Jangka panjang
0                                    kuantitas besi
primer                                       0                    kuantitas
                                                                  besi daur ulang

2.4 Aplikasi Konsep Elastisitas
a.      Hubungan Elastisitas Harga, Penerimaan dan Pendapatan Marjinal
Jika harga jual barang naik, dua kemungkinan ekstrem reaksi para manajer. Kemungkinan pertama mereka panik, mengira kenaikan harga menurunkan permintaan sehingga penerimaan turun. Kemungkinan kedua mereka bergembira, mengira kenaikan harga menyebabkan penerimaan meningkat. Sikap mana yang benar, sangat di tentukan oleh angka elastisitas harga.
Untuk barang yang permintaan nya inelastis, kenaikan harga 10% akan menyebabkan penurunan permintaan lebih.
Elastisitas harga berhubungan dengan Penerimaan Total (Total Revenue) dan Penerimaan Marginal (Marginal Revenue), dimana:
·         TR = P x Q
·         MR adalah perubahan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan sebesar 1 unit.
Penurunan harga akan menaikkan TR jika permintaannya elastis. Presentase kuantitas yang terjual akan lebih besar dari presentase penurunan harga. Sebaliknya penurunan harga akan menurunkan TR jika permintaan inelastis. Presentase kenaikan kuantitas yang terjual akan lebih kecil dari presentase penurunan harga. Marginal Revenue akan positif jika Total Revenue meningkat, dan akan negative jika Total Revenue menurun.
b.      Pergeseran Beban Pajak (Tax Incidence)
Jika pemerintah memutuskan mengenakan pajak untuk barang instan, pengenaan pajak di bebankan pada produsen. Siapakah yang diuntungkan? Sepintas tampaknya yang diuntungkan adalah konsumen karena beban pajak ditanggung oleh produsen. Apakah benar demikian?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus memperhatikan permintaan dan penawaran. Di sisi penawaran, sebagian indeks elastisitasnya relative besar. Sementara di sisi permintaan, sebagai alternative utama dari nasi, permintaannya relative inelastis. Maka distribusi beban antara konsumen dan produsen adalah sebagai berikut:
Kondisi keseimbangan awal sebelum pajak adalah P0  dan Q0 sebesar T per unit menyebabkan kurva penawaran bergeser dan koordinat keseimbangan berubah ke (P1.Q1).
Besarnya permintaan pajak adalah jumlah unit yang terjual dikalikan T per unit sama dengan 0Q1 (P1-P2) atau sama dengan luas segiempat A dan C. Kondisinya akan terbalik bila yang inelastic adalah kurva penawaran, sementara kurva permintaannya elastis. Contohnya anjloknya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing telah meningkatkan permintaan Negara lain terhadap hasil kerajinan tangan Indonesia. Pemerintah ingin memanfaatkan keadaan ini untuk meningkatkan penerimaan pajak, dengan mengenakan pajak sebesar T per unit untuk setiap hasil kerajinan tangan yang dibeli. Agar tidak merugikan produsen yang pada umumnya pengusaha lemah, maka pajak dipungut kepada konsumen.
c.       Teori Cobweb (Sarang Laba-laba)
Teori analisis cobweb menjelaskan tentang siklus harga produk pertanian yang menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim kemusim. Penyebab dari fluktuasi tersebut yaitu adanya reaksi yang terlambat dari pihak produsen terhadap harga.Berikut kurva dari teorian alisis cobweb:
Kurva diatas menggambarkan teori cobweb (sarang laba-laba) pada kondisi permintaan yang lebih elastic dibandingkan penawaran. Misalnya pada musim 1 jumlah produk yang dihasilkan (di panen) sebanyak Q1. Dengan kurva permintaan D, maka harga yang terjadi di pasar pada musim ke 1 adalah P1. Barang-barang atau segala sesuatu dari hasil pertanian merupakan barang non durabel (tidak tahan lama) sehingga dengan jumlah produk sebanyak Q1 tadi harus terjual habis pada musim itu juga dengan harga P1.
Selanjutnya, atas dasar harga yang berlaku tersebut produsen merencanakan produksinya untuk musim ke 2 (harga P1 dianggap oleh produsen akan tetap berlaku pada musim 2). Dengan asumsi harga tetap produsen meningkatkan hasilnya pada musim berikutnya sebesar Q2, akibatnya produksi hasil pertanian melimpah dan hal ini dapat menurunkan harga menjadi P2. Begitu juga pada musim ke 3, dengan asumsi harga tetap seperti yang berlaku pada musim ke 2 maka produsen mengurangi produksinya pada musim ke 3. Berdasarkan hal tersebut, akibatnya produksi di pasar berkurang dan harga menjadi naik sebesar P3. Dari asumsi harga tetap kemudian dijadikan dasar bagi rencana produksi musim ke 4, demikian seterusnya.
Apabila proses ini terus berlangsung, fluktuasinya akan semakin mengecil dan akhirnya mencapai titik keseimbangan (equilibrium). Pada titik tersebut, harga keseimbangannya adalah Pe dan jumlah yang diproduksi sebanyak Qe. Pada tingkat ini terjadi kestabilan. Dalam proses tersebut tingkat harga menunjukkan fluktuasi (naik turun) dari satu musim kemusim lainnya. Proses ini disebut cobweb atau sarang laba-laba, hal tersebut disebabkan gambarnya menyerupai sarang laba-laba.
    




TEORI PERILAKU KONSUMEN
2.5 Pengertian – pengertian dan Asumsi – asumsi Utama
Bab ini akan menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber daya ekonominya. Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum. Untuk dapat membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan asumsi dasar (utama).

a.            Barang (Commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruhnya digabungkan dalam bundle barang (commodities bundle). Barang yang dikonsumsi mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar manfaat yang diperoleh (good). Contohnya pakaian, makin banyak dimiliki makin member manfaat. Sesuatu yang bila konsumsinya ditambah justru menguragi kenikmatan hidup (bad), yang tidak dimasukkan dalam analisis. Misalnya, penyakit, makin banyak makin menyusahkan.
b.            Utilitas (Utility)
Utilitas (Utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunaannya. Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan konsumen. Utilitas Total (total utility / TU) adalah manfaat total yang diperoleh dari seluruh barang yang dikonsumsi. Utilitas marjinal (marjinal utility/MU) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
c.             Hukum pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility)
Pada awalnya penambahan konsumsi atau barang akan memberi tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin menurun, bahkan menjadi negative. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut sebagai Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility, dan disingkat menjadi LDMU). Dalam analilis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin menurunnya nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas marjinal, analilis ini dikenal sebagai analisis marjinal (marginal analysis).

d.            Konsistensi preferensi (Transitivity)
Konsep Peferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan sama-sama disukai (indifference). Misalnya ada dua barang X dan Y, maka konsumen mengatakan X lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X sama-sama disukai seperti Y (X=Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis.
Syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y (X>Y) dan barang Y lebih disukai dari Z (Y>Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X>Z). Konsep ini disebu transitivitas (transitivity).

e.             Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)
Konsumen diasumsinkan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tau persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan hargabarang pasar. Mereka mampu memprediksi jumlah penerimaan untuk suatu periode konsumsi.
2.6 Teori Kardinal (Cardinal Theory)
     Teori Kardinal manyatakan bahwa kegunaan dapat dhitung secara nominal, sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram, panjang dengan centi-meter dan meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk mengomsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total (TU). Tambahan kegunaan dari tambahan dari penambahan  satu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan ntuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit. Untuk setiap unit tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus di keluarkan sama dengan harga barang per unit.
    Misalnya Ahmed ingin membeli baju, yang harga per helainya Rp25.000,00. Berapa buah baju yang akan dikonsumsi? Untuk menjawabnya, kita harus tahu dahulu nilai nilai baju itu bagi Ahmed yang diasumsikan setara dengan rupiah. Seandainya pola konsumsi Ahmed seperti ditunjukkan dalam tabel
Tabel 4.1 Utilitas Total dan Utilitas Marjinal dari Mengonsumsi Baju
Harga Baju per helai (Rp)
Jumlah baju yang dikonsumsi
Uang yang harus dikeluarkan(Rp)
Kegunaan Total/TU(util)
Tambahan Kegunaan/MU(util)
25.000
1
25.000
50.000
50.000
25.000
2
50.000
125.000
75.000
25.000
3
75.000
185.000
80.000
25.000
4
100.000
225.000
40.000
25.000
5
125.000
250.000
25.000
25.000
6
150.000
250.000
0
25.000
7
175.000
225.000
-25.000
25.000
8
200.000
100.000
-125.000

Bagi Ahmed, baju pertama nilai kegunaannya jauh lebih besar dibanding uang yang harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp25.000,00 diperoleh kegunaan 50.000 util. Karenanya dia mau menambah konsumsi bajunya. B aju yang kedua memberi tambahan kegunaan (MU) lebih besar dari yang pertama, yaitu 75.000 util, berarti kegunaan total (TU) menjadi 125.000 util. Walaupun telah terjadi penurunan MU (hukum pertambahan manfaat yang makin menurun telat terjadi) , tetap lebih menguntungkan. Seandainya Ahmed terus menambah konsumsi bajunya, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak menambah TU, bahkan dapat menurunkan TU karena MU sudah ˂0 (negatif). Pergerakan angka-angka dalam tabel dapat diterjemahkan dalam bentuk grafik berikut ini (Diagram 4.1). terlihat kurva TU pada awalnya menaik tajam, seiring naiknya nilai MU. Di titik A MU mencapai maksimum, untuk selanjut-nya menurun yang menyebabkan slope kurva TU makin mendatar.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Ahmed akan berhenti mengonsumsi pada baju yang kelima. Jika setelah itu dia menambah jumlah baju yang dikonsumsi, tindakan itu tidak menambah TU, bahkan menguranginya. Ahmed berhenti mengonsumsi pada saat harga baju  (Rp25.000,00) sama dengan nilai utilitas marjinal (25.000 util).
MU = P      ...........................................................................................................................(4.1)
 Prinsip ini berlaku untuk semua barang, sehingga konsumen akan mencapai kepuasan maksimum pada saat :
MUx = Px ...........................................................................................................................(4.2)
Di mana:  Mux = tambahan kegunaan X
                   Px = harga x

2.7 Teori Ordinal (Ordinal Theory)
a. kurva indifferensi (indifference curve)
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung; hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya teori ordinal menggunakan kurva indifferensi (indifference curve). Kurva indiffernsi adalah kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen.
b. kurva garis anggaran (gudget line curve)
garis anggaran budget line adalah kurva yang menunjukan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.
c. perubahan harga barang dan pendapatan
perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besarnya luas bidang segitiga yang dibatasi curva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas, daya beli meningkat. Begitu juga sebaliknya.
d. keseimbangan konsumen
kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan tercapai pada saat curva garis anggaran (menggambarkan tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indifferensi (menggambarkan tingkat kepuasan)
e. reaksi terhadap perubahan harga barang
keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikan tingkat kepuasannya. Sebaliknya bila pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat kepuasannya, disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang menurun.
f. reaksi terhadap perubahan nominal
 suatu faktor lain yang dapat mengubah keseimbangan konsumen adalah perubahan pendapatan nominal. Karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggran bergeser sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya.
g. efek substitusi (subtitution effect) dan efek pendapatan (income effect)
ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga, terhadap terhadap keseimbangan konsumen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Elastisitas merupakan derajat kepekaan kuantitas yang diminta (ditawarkan) terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan (penawaran). Elastisitas dapat juga diartikan sebagai arsi yang digunakan untuk mengukur perubahan jumlah yang diminta atau yang ditawarkan sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi.
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.










Daftar Pustaka

Rahardja, prathama & mandala manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga penerbit fakultas ekonomi universitas indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar