BAB
I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Dalam melihat seluk beluk
kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menawarkan barangnya diperlukan
analis keatas berbagai aspek kegiatan memproduksinya. Pertama-tama dianalisis
sampai mana factor-faktor produksi akan dignakan untuk menghasilkan barang yang
akan diproduksikan. Setelah itu perlu dilihat biaya produksi untuk menghasilkan
barang-barang tersebut. Dan pada akhirnya perludianalisis bagaimana seorang
pengusaha akan membandingkan hasil penjualan produksinya dengan biaya produksi
yang dikeluarkannya. Untuk menentukan tingkat produksi yang akan
memberikan keuntungkan yang maksimum
kepadanya.
Produksi dan biaya produksi
bagaikan keeping uang mata logam berisi dua. Jika produksi berbicara tentang
nilai fisik penggunaan factor produksi, biaya mengukurnya dengan nilai uang.
Dalam ekonomi yang sudah modern, di mana peranan uang amat penting, maka ukuran
efisiensi yang paling baik (walaupun bukan paling lengkap) addalah uang.
Sesuatu yang efisien secara teknis, belum tentu secara finan-sial dan ekonomi
menguntungkan.
I.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
dimensi jangka pendek dan jangka panjang dalam teori produksi?
2.
Bagaimana
produksi dengan satu factor produksi variable?
3.
Bagaimana
produksi dengan dua factor produksi variable?
4.
Bagaimana
konsep biaya?
5.
Bagaimanaketerkaitan
antara produksi, produktivitas, dan biaya?
6.
Bagaimana
biaya produksi dalam jangka pendek?
7.
Bagaimana
biaya produksi dalam jangka panjang?
I.3
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
jangka pendek dan jangka panjang dalam teori produksi
2.
Mengetahui
produksi dengan satu factor produksi variable
3.
Mengetahui
produksi dengan dua factor produksi variable
4.
Mengetahui
konsep biaya
5.
Mengetahui
keterkaitan antara produksi, produktivitas, dan biaya
6.
Mengetahui
biaya produksi dalam jangka pendek
7.
Mengetahui
biaya produksi dalam jangka panjang
BAB II
PEMBAHASAN
2.I Teori Produksi
Teori perilaku
produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori perilaku konsumen.
Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumen, produsen
mengalokasikan dananya untuk menggunakan faktor produksi atau yang akan di
proses menjadi output. Karena itu
bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk
konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis
terpakai untuk membeli faktor produksi. Dalam mengonsumsi barang berlaku The Law of Diminishing Marginal Utility (LDMU),
sedangkan dalam penggunaa faktor produksi berlaku The Law of Diminishing Return (LDR). Produsen juga memililki
pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor produksi yang
dibelinya. Akhirnya, bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka
produsen berupaya mencapai tingkat produksi maksimum. Pemahaman kita mengenai
perilaku konsumen akan memudahkan pemahaman mengenai perilaku produsen
.
A.
Dimensi
Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Dalam aktivitas produksinya produsen
(perusahaan) mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa.
Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi di bedakan
menjadi faktor produksi tetap (fixed
input) dan faktor produksi variabel (variable
input).
Faktor produksi tetap adalah faktor
produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada
atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia. Jumlah penggunaan faktor produksi
variabel tergantung pada tigkat produksinya. Makin besar tingkat produksinya.
Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang di
gunakan. Begitu pula sebaliknya. Pengertian faktor produksi tetap dan faktor
produksi variabel terkait erat dengan waktu yang di butuhkan untuk menambah
atau mengurangi faktor produksi tersebut.
Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very long run) semua faktor produksi
sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi mesin produksi.
Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan
dengan ukuran waktu kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi
dimana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah
penggunaan salah satu atau beberapa faktor produksi. Sedangkan periode jangka panjang
adalah periode produksi dimana semua faktor produksi menjadi faktor produksi
variabel.
B.
Model
Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Pengertian
produksi dengan satu faktor produksi variable adalah pengertian analisis jangka
pendek, di mana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Hubungan matematis
penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi, seperti dibawah ini.
Q
= f(K, L)
|
Di mana : Q = tingkat output
K
= barang modal
L
= tenaga kerja
1.
Produksi
total, produksi marjinal, dan produksi rata-rata
Produksi total (total product) adalah banyaknya produksi
yang dihasilkan dari penggunan total faktor produksi.
TP
= f(K, L)
|
Di mana: TP=
produksi total
K= barang modal (yang dianggap konstan)
L= tenaga kerja/buruh
Produksi
marjinal (marginal product) adalah tambahan
produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi.
MP = TP’ =
|
Di mana: MP = Produksi marjinal
AP = TP
|
Di mana: AP = Produksi rata-rata
Tabel
1.1
Produksi
Total, Produksi Marjinal dan
Produksi
Rata-rata Usaha Tekstil Tradisional
(Satu
Faktor Produksi Variable)
Mesin
(unit)
|
Buruh
(orang)
|
Produksi
total (TP) (bal)
|
Produksi
marjinal (MP) (bal)
|
Produksi
rata-rata (AP) (bal)
|
1
|
1
|
5
|
5
|
5
|
1
|
2
|
20
|
15
|
10
|
1
|
3
|
45
|
25
|
15
|
1
|
4
|
80
|
35
|
20
|
1
|
5
|
105
|
25
|
21
|
1
|
6
|
120
|
15
|
20
|
1
|
7
|
126
|
6
|
18
|
1
|
8
|
120
|
-6
|
15
|
1
|
9
|
106
|
-12
|
12
|
1
|
10
|
90
|
-18
|
9
|
Dari
Tabel 1.1 bahwa produksi total (TP) pada awalnya meningkat dan mencapai
maksimum (126 unit) pada saat jumlah buruh yang dipekerjakan tujuh orang.
Tetapi setelah itu penambahan buruh justru menurunkan produksi total, karena
produksi marjinal (MP) sudah negatif. Bila melihat kolom MP, ternyata besarnya
MP sangat mempengaruhi TP. Selama nilai MP>0, TP tetap bertambah. Sayangnya
pertambahan MP juga mengalami penurunan (LDR). Besarnya nilai MP juga
berpengaruh terhadap nilai produksi rata-rata (AP). Penambahan satu orang
tenaga kerja akan memperbesar nilai AP selama nilai MP>nilai AP sebelumnya.
Begitu juga sebaliknya. Table 1.1 dapat dipersentasikan dalam bentuk Diagram 1.1.
TP ternyata bergerak membentuk kurva yang mirip huruf S, sehingga disebut kurva
S (S curve). di atas MP. Tetapi
penurunannya bernilai posistif bahkan tidak pernah negative.
Diagram 1.1
Kurva TP, MP,
dan AP
Kasus Usaha
Tekstil Tradisional
2.
Tiga
tahap produksi
Diagram 1.2 di bawah ini menunjukan ada tiga tahap
penting dari gerakan perubahan nilai TP. Yang pertama, pada saat MP maksimum
(titik 1 dan 4). Kedua, pada saat AP maksimum (titik 2 dan 5). Ketiga, pada
saat MP = 0 atau TP maksimum (titik 3 dan 6). Selanjutnya diagram tersebut
dapat kita bagi menjadi tiga tahap produksi (the
three stages of production):
1) Tahap
I (stage I) sampai pada saat kondisi
AP maksimum
2) Tahap
II (stage II) antara AP maksimum
sampai MP sama dengan nol.
3) Tahap
III (stage III) saat MP sudah benilai
<nol (negatif).
Penahapan ini berguna untuk
memahami pada tahap mana perusahaan berproduksi.
Diagram 2.2
Kurva TP, MP dan
AP
(a)
(b)
Pada tahap I, penambahan tenaga kerja akan
meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang
diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang
harus dibayarkan.Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam). Pada
tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal maupun produksi
rata-rata mengalami penurunan.Namun demikian nilai keduanya masih positif.
Penambahan tenaga kerja akan menambah produksi total sampai mencapai nilai
maksimum (slope kurva TP datar sejajar
dengan sumbu horizontal). Dan Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin
melanjutkan produksi, karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi
total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope
kurva TP negative).
Dengan demikian, perusahaan sebaiknya berproduki
ditahap II, karena secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga
kerja pada saat tambahan biaya (marginal
cost) yang harus dibayar adalah sama
dengan tambahan pendapatan (marginal
revenue) yang diterima. Jika tambahan biaya masih tambah kecil dari
tambahan pendapatan, perusahaan akan menambah tenaga kerja. Begitu sebaliknya,
tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage)
tenaga kerja.Tambahan pendapatan adalah prodksi marjinal dikalikan harga
jual barang. Jika upah, dinotasikan sebagai W, sedangkan harga jual barang
dinotasikan P maka alokasi tenaga kerja (factor produksi dianggap efesien bila:
W=MP(P)
|
3.
Perkembangan
teknologi
Kemajuan teknologi dapat membuat
tingkat produktivitas meningkat secara gra-fis dapat digambarkan dengan semakin
luasnya bidang yang dibatasi kurva TP. Pada Diagram 1.3,akibat kemajuan teknologi,luas
kurva TP3 >TP2 > TP1. Artinya jumlah
output yang dihasilkan per unit faktor produksisemakin besar.
Dari diagram 2.3 tmpak bahwa:
>
>
Diagram 2.3
Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Output
Q3
Q2 TP 3
Q1 TP 2
TP
1
L1 Tenaga kerja
|
Bila
nilai AP meningkat karena mesinnya semakin modern, belum berarti efisiensi
meningkat. Studi empiris yang dilakukan duapuluh tahun terahir ini menunjukan
bahwa ada yang lebih penting dari sekedar memodernisasi mesin. Yaitu
memodernisasi sumber daya manusia (SDM), teruutama dengan mengubah cara
berpikir dan sikap hidup. Dengan modernisasi SDM, kemajuan teknologi akan
meresap ke dalam diri manusia (embodied
technology) dan mendorong peningkatan efisiensi.
C.
Model
produksi dengan dua faktor produksi variabel
Definisi dalam bagian
ini kita melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik barang modal
maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat bahwa
pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab
dalam kenyataan, faktor produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi
lebih dari dua maca. Dalam model produksi dua faktor produksi variabel ini,
analisis cukup menggunakan penjelasan grafis matematika sederhana.
a.
Isokuan
(Isoquant)
Isokuan
(isoquant) adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua
macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi, yang
menghasilkan tingkat produksi yang sama. Misalnya, kasus usaha tekstil
tradisional di muka kita pelonggar asumsinya dengan menyatakan bahwa mesin
dapatditambah.
Tabel 1.2
Produksi Total Usaha Tekstil Tradisional
(Dua Faktor Produksi)
Mesin
|
Tenaga Kerja
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
5
|
20
|
45
|
80
|
|
|
2
|
30
|
45
|
|
150
|
135
|
|
3
|
80
|
|
150
|
180
|
150
|
|
4
|
|
135
|
180
|
240
|
210
|
Catatan:
Angka-angka pada kolom 1 s.d 5 adalah produksi total (bal).
Kita melihat bahwa tingkat
produksi 105 bal tekstil dapat dicapai dengan beberapa kombinasi factor
produksi, yaitu 1 mesin dengan 5 tenaga kerja, 2 mesin dengan 3 tenaga kerja
dan seterusnya. Selanjutnya kita dapat menurunkan kurva isokan seperti berikut
ini.
Adapun Ciri-ciri
isokuan adalah sebagai berikut :
§ Mempunyai
kemiringan negative
§ Semakin ke
kanan kedudukan isokuan menunjukkan semakin tinggi jumlah output
§ Isokuan
tidak pernah berpotongan dengan isokuan yang lainnya
§ Isokuan
cembung ke titik origin
Diagram 1.4
Isakuan(isaquant)
Mesin
4
3
2
1 Isokuan=105
unit
1 2
3 4 5
Tenaga kerja
Asumsi-asumsi
Isokuan :
1)
Asumsi konveksitas(Convexity)
Asumsi konveksitas (convexity) analogi
dengan asumsi pada pembahasan perilaku konsumen,yaitu kurva indiferensi yang
menurun dari kiri atas ke kanan bawah (down ward sloping). Produsen dapat
melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga
agar tingkat produksi tetap.
Diagram 1.5
Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)
Y = Barang modal
A
B
Isokian
0
x = Tenaga Kerja
|
2)
Penurunan nilai MRTS (Dimishing of MRTS)
Sama halnya dengan konsumen, produsen menganggap makin mahal factor
produksi yang semakin langka.Itulah sebabnya mengapa nilai MRTS makin menurun
(hokum LDR).Dalam kasus-kasus tertentu, nilai MRTS akan konstan atau nol. MRTS konstan
bila kedua faktor produksi bersifat substitusi sempurna (perfect substitution).
Seperti pada Diagram 1.6.a. MRTS adalah
nol bila kedua faktor produksi mempunyai hubungan proporsional tetap (fixed proportion
production function). Lihat diagram 1.6.b
Diagram 1.6
MRTS Kasus Khusus
Mesin Mesin
A
B
C Q3
Q3 M2 Q2
Q2
M1 Q1
Q1
0 Tenaga
kerja K1 K2 Tenaga
kerja
(a) (b)
Faktor produksi substitusi sempurna Faktor produksi
proporsiona
3) Hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun (The Law Of Diminishing Return)
Dimuka telah diuraikan
bahwa dalam penggunaan dua macam faktor produksi juga berlaku hukum LDR Pada
Diagram1.7,Q60,Q80,Q90
adalah isokuan dengan tingkat produksi masing masing 60.80,dan 90 unit.
Diagram 1.7
Himpunan
Isokuan
Mesin
G
Q90
Q80
Q60
0
M Tenaga kerja
Penurunan hasil tenaga kerja (L) dapat dilihat dengan menarik garis
ABC.Jika kita berproduksi dengan factor produksi mesin (K) sebanyak G unit,
penambahan L sebanyak AB unit menambah output
sebanyak 20 unit. Tetapi penambahan berikutnya dengan jumlah yang sama
(BC=AB) hanya menambah output sebanyak
10 unit. Penurunan hasil K dapat dilihat misalnya pada saat jumlah L=M unit
(perhatikan gris DBE). Awalnya untuk menambah 20 unit output cukup menambah unit DB unit K. tetapi ketika akan menambah output 10 unit lagi (Iq80 ke Iq90),
jumlah unit mesin yang ditambah jauh lebih besar, yaitu BE unit (lebih banyak
dari DB unit).
4) Daerah Ekonomi Yang Ekonomis (Relavance Range of Production)
Pada saat membahas model produksi
satu faktor produksi variabel ,telah disimpulkan bahwa daerah produksi ekonomis
perusahaan adalah daerah tahap II. Prinsip yang sama berlaku untuk model
produksi dua faktor produksi. Diagram 1.8
menggambarkan bahwa batas antara A dan B adalah batas daerah produksi yang
ekonomis (Relafance range of production)atau tahap
II. Jika perusahaan berproduksi di luar
batas areal itu(A ke C atau ke B )penambahan paktor produksi tidak meningkatkan
produksi. Garis AB merupakan daerah tahap II. DIAGRAM 1.8
Menggambarkan jika perusahaan ingin melakukan ekspansi produksi ,batas gerak
ruang ekonomis adalah daerah yang diapit garis lengkung M dan N.
Diagram 1.8
Daerah
Produksi yang Ekonomis
Mesin Mesin
Batas produksi ekonomis ( tahap Ii )
|
B
G
N
C A
0
(a)
Tenaga kerja 0
(b)
Tenaga kerja
b. Perubahan Output Karena Perubahan Skala Penggunaan
Produksi (Return to Scale)
Perubahan Output karena perubahan
Skala Penggunaan Faktor Produksi (Return to Scale) Adalah konsep
yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor
produksi dilipatgandakan (doubling).
1) Skala hasil menaik (increasing return to scale)
Jika
penambahan faktor produksi sebanyak unit
menyebabkan output meningkat lebih dari satu unit ,fungsi produksi memiliki
karakter Skala Hasil manaik (increasing
retun to scale).
Diagram 1.9
Skala Hasil
Menaik (Increasing Return to Scale)
Mesin
K3 Q220
K2 Q150
K1 Q60
Q50
0 L1
L2 L3 Tenaga kerja
2) Skala hasil konstan (constant return to scale)
Jika
pelipatgandaan faktor produksi menambah output sebanyak dua kali lipat juga
,pungsi produksi memiliki karakter skala hasil constant.
Diagram 1.10
Skala hasil konstan (konstant return to scale)
Mesin
K3 ,
K2 Q80 Q90
K1 Q70
Q60
0 L1
L2 L3 Tenaga kerja
3)
Skala Hasil Menurun (Decreasing
Return to Scale)
Jika
menambah 1 unit faktor produksi menyebabkan produksi output bertambah kurang
dari 1 unit ,fungsi produksi memiliki skala hasil menurun(decreasing retunt to
scale )seperti ditunjukan pada diagram
Diagram 1.11
Skala hasil
menurun (decreasing return to scale)
Mesin
K3 ,
K2 Q115
K1 Q110
Q100
0 L1
L2 L3 Tenaga kerja
c. Perkembangan Teknologi
Kemajuan
teknologi memungkinkan peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi.
Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan faktor sproduksibyang
lebih sedikit,
Diagram 1.12
Mesin Kemajuan tekhnologi
Q90 (periode 1)
Q90 (periode 2)
0
Tenaga
kerja
|
4. Kurva Anggaran Produksi (isocost)
Adalah kurva
yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi yang
memerlukan biaya yang sama.jika harga actor produksi tenaga adalah upah(w)dan
harga faktor produksi barang modal adalah sewa (r) maka kurva isocost (I)
adalah : I = rK + wL Sudut kemiringan kura isocost adalah rasio harga kedua
faktor produksi.jika terjadi perubahan hargafaktor produksi,kurva 1
berotasi.jika yang berubah adalah kemampuan anggaran,kurva isocost bergeser
sejajar.
Diagram 1.13
Kurva anggaran produksi(isocost)
Mesin Mesin
I1 I2 I3
I1 I2 I3
0 (a)
Tenaga kerja 0
(b) Tenaga kerja
5. Keseimbangan Produsen
Terjadi
ketika kurva 1 bersinggungan dengan kurva Q, dititik
persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan memberikan
hasil output yang maksimum.keseimbangan dapat berubah karena perubahan
kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi.analisis perubahan keseimbangan
produsen analogis dengan analisis perilaku konsumen.
Diagram 1.14
Prinsip Efisiensi
Mesin Mesin
K1 Q3 K1
Q1 Q2 I1 I2 I3 Q
0 (L1 (a) Tenaga kerja 0 L1 (b) Tenaga kerja
Mekansme output Mekanisme
biaya
6. Pola Jalur Ekspansi (ekspantion path)
Tujuan
perusaahan adalah maksimalisasi laba.untuk mencapai tujuan itu dalam jangka
pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap mempertahankan
efisiensinya.biasanya perusahaan menetapkan target yang akan dicapai setiap
tahunnya,yang harus dicapai dengan biaya minimum.dalam jangka panjang
perusahaan memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan
factor produksi titik-titik keseimbangan tercapai pada tingkat MRTS yang
konstan dan membentuk garis isokin (isoclin).jika titik-titik keseimbangan
tersebut dihubungkan,akan terbentuk garis isolokin OS. Garis
isolokin OS tidak membentuk garis lurus,karena seperti telah dinyatakan,dalam
jangka panjang perusahaan memiliki kemampuan mengubah kombinasi faktor produksi
agar alokasi anggaran lebih efisien.untuk fungus produksi skala hasi konstan
atau constant return to scale (CRS)isolokin berbentuk garis lurus OR.hal ini
karena dalam fungsi produksi CRS,rasio actor produksi tidak berubah (konstan).
f. Pola Jalur Ekspansi (Expantion Path)
Diagram 1.15
Garis Isoklin
Mesin
R
D
C
B
A Q4
Q1 Q2 Q3
I1 I2 I3 I4 Tenaga kerja
2.2 Teori
Biaya Produksi
A.
Konsep Biaya
Pengertian biaya dalam ilmu ekonomi
adalah biaya kesempatan. Konsep ini tetap dipakai dalam analisis teori biaya
produksi. Berkaitan dengan konsep tersebut, kita mengenal biaya eksplisif (explicit cost) dan biaya implisit (implicit cost). Biaya eksplisit adalah
biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan.
Biaya listrik, telepon dan air, demikian juga pembayaran upah buruh dan gaji
karyawan merupakan biaya eksplisit. Kita dapat melihatnya dalam lapsoran
keuangan. Biaya implisit adalah biaya
kesempatan (opportunity cost).
a)
Biaya
tenaga kerja
Biaya
tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan tenaga kerja
per orang per satuan waktu. Harga tenaga kerja adalah upahnya (per jam atau per
hari). Bagi ekonomi upah pekerja adalah biaya eksplisit, dengan asumsi upah
yang dibayarkan adalah sama besar dengan upah yang diterima tenaga kerja bila
bekerja di tempat yang lain. Asumsi ini terpenuhi di pasar tenaga kerja
persaingan sempurna.
b)
Biaya
barang modal
Ada perbedaan konsep antara ekonomi dan
akuntan dalam perhitungan biaya barang modal. Akuntan menggunakan konsep biaya
historis (historical cost). Itu sebabnya dalam laporan akuntansi ,nilai barang
modal harus disusutkan (depreciation cost). Ekonomi melihat biaya barang modal
sebagai biaya implisit. Biaya ekonomi penggunaan barang modal bukanlah berapa
besar uang yang harus dikeluarkan untuk menggunakannya, melainkan berapa besar
pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan kepada pengusaha lain.
c)
Biaya
kewirausahaan
Wirausahawan (pengusaha) adalah
orang yang mengombinasikan berbagai faktor produksi untuk ditransformasi
menjadi output berupa barang dan jasa.
Dalam upaya tersebut, dia harus menanggung resiko kegagalan. Atas keberanian
menanggung resiko, pengusaha mendapat balas jasa berupa laba. Makin besar
(tinggi) resikonya, laba yang diharapkan harus makin besar. Begitu juga
sebaliknya. Pengertian laba yang digunakan ekonomi adalah laba ekonomi
(economic profit), yaitu kelebihan pendapatan yang diperoleh dibanding jika
memilih alternatif lain.
B.
Produksi,
Produktifitas dan Biaya
Keputusan
tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktifitas
factor-faktor produksi yang digunakan. Di bab 5 (Teori Produksi) kita melihat
bahwa produktifitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat di
capai dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, produktifitas dan biaya
mempunyai hubungan terbalik jika produktifitas makin tinggi, biaya produksi
akan makin rendah. Begitu juga sebaliknya.
Prilaku biaya juga berhubungan
dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada factor produksi tetap yang
menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung
pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang, karena semua factor produksi
adalah variabel, biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat
disesuaikan dengan tingkat produksi.
Dalam jangka panjang, perusahaan
akan lebih mudah meningkatkan produktifitas dibandingkan jangka pendek. Itu
sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya produksi, sehingga setiap
tahun biaya produksi per unit makin rendah. Pola pergerakan biaya rata-rata ini
berkaitan dengan karakter fungsi produksi jangka panjang.
C.
Biaya Produksi
Jangka Pendek
1.
Biaya Total, Biaya
Tetap, Biaya Variabel
TC
= FC + VC
|
Dimana:
TC = biaya
total jangka pendek
FC = biaya tetap jangka pendek
VC = biaya variable jangka pendek
Persamaan
tersebut
dapat
di lihat dalam bentuk diagram
Diagram 2.1
Kurva-kurva
Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya TC
VC
FC
0 Kuantitas
Kurva
FC mendatar menunjukan bahwa besarnya biaya tetap tidak tergantung kepada
jumlah produksi. Kurva FC membentuk huruf S terbalik, menunjukan bahwa hubungan
terbalik Antara tingkat produktifitas dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar
dengan VC menunjukan bahwa dalam jangka pendek, perubahan biaya total
semata-mata ditentukan oleh perubahan biaya variable.
2.
Biaya Rata-rata
Biaya rata-rata adalah biaya yang
harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output.Besarnya biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Karena dalam jangka pendek TC= FC + VC, maka
biaya rata-rata (average cost) sama
dengan biaya tetap rata-rata (average
fixed cost) ditambah biaya variable rata-rata (average variable cost).
TC/Q = FC/Q + VC/Q
|
AC
= AFC + AVC
|
Dimana : AC = biaya rata-rata jangka pendek
AFC = biaya
tetap rata-rata jangka pendek
AVC = biaya
variable rata-rata jangka pendek
Persamaantersebut dapat di lihat dalam
bentuk diagram 6.2
Diagram 2.2
Kurva Biaya
Rata-rata
Biaya
AC
AVC
AFC
0
Kuantitas
Kurva AFC terus
menurun, menunjukan bahwa AFC makin menurun bila produksi ditambah. Tetapi
kurva AFC tidak pernah meyuntuh sumbu horizontal (asimptot). Artinya nilai AFC
tidak pernah negative. Kurva AC mula-mula menurun lalu naik, sepola dengan
pergerakan kurva AVC pola ini bekaitan dengan hokum LDR (law of diminishing return). Kurva AVC mula-mula menurun lalu naik
dan terus mendekati kurva AC, dengan AC karena makin mengecilnya AFC.pergerakan
kurva AVC berkaitan dengan pergerakan kurva AP(average product). Bila harga per unit tenaga kerja adalah P, maka
AVC= P/AP. Dari persamaan ini terlihat pada saat nilai AP meningkat, nilai AVC
menurun, dan begitu sebaliknya.
3.
Biaya
Marjinal
MC
= əTC/əQ
|
MC
= əVC/əQ
|
əVC
= P. əV
|
MC = P(1/MP)
|
MC = P(1/MP)
Persamaan
tersebut dapat
di lihat dalam bentuk diagram 2.3
Diagram 2.3
Biaya
Kurva Biaya Marjinal
MC
0 Qa Qb
Qc Qd Qe Kuantitas
Diagram 2.3. menggambarkan bahwa garis
singgung a, b, c dan nilai seterusnya menunjukan besarnya MC makin mengecil,
begitu sebaliknya.
4. Hubungan Antar Kurva-kurva Biaya
Diagram 2.4 memberikan gambaran tentang
hubungan antar kurva-kurva biaya.
Diagram 2.4
Kurva-kurva
Biaya
Biaya MC
1 AC
4 AVC 5
3
6 2 AFC
0 kuantitas
1. Kurva
AFC terus menurun berbentuk garis asimplot pada sumbu vertical dan horizontal
(titik 1 dan 2), tapi tidak sampai menyinggung atau memotong sumbu horizontal
2. Kurva
AVC mula-mula menurun sampai mencapai minimum (titik 3) pada saat AP maksimum,
kemudian menaik mendekati kurva AC namun tidak pernah bersentuhan (titik 5),
karena AFC terus menurun.
3. Kurva
AC awalnya menurun sampai mencapai minimumdi titik 4, setelah it uterus menaik.
4. Kurva
MC juga pada awalnya menurun hingga mencapai minimum di titik 6. Selanjutnya
kurva MC menaik dan memotong kurva AVC dan AC pada saat keduanya minimum (titik
3 dan 4).setelah titik itu nilai MC lebih besar dari nilai AC dan AV
D.
Biaya
Produksi Jangka Panjang
Dalam jangka panjang semua biaya
adalah variable. Karena itu biaya yang relefan dalam jangka panjang adalah
biaya total, variable, rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan biaya total
adalah sama dengan perubahan biaya variable dan sama dengan biaya marjinal
LTC
= LVC
|
Dimana : LTC =
biaya total jangka panjang
LVC = biaya variabel jangka panjang
LMC
= əLTC/əQ
|
Dimana :
LMC = biaya marjinal jangka panjang
əLMC = perubahan biaya total
jangka panjang
əQ = perubaha output
LAC
= LTC/əQ
|
Dimana : LAC =
biaya rata-rata jangka panjang
əQ = jumlah output
1.
Kurva
Biaya Rata-rata Jangka Panjang
Teorima Amplop (Emplope Theorem)
Untuk
memahami prilaku biaya dalam jangka panjang, kita harus memahami keterkaitan
biaya jangka pendek dengan jangka panjang. Agar dapat memahaminya kita mulai
dengan kasus sederhana seperti:
1) Memproduksi
dengan pabrik ukuran kecil, yang dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya
rata-rata SAC1,
2) Memproduksi
dengan pabrik ukuran sedang, yang dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya
rata-rata SAC2, atau
3) Memproduksi
dengan pabrik ukuran besar, yang dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya
rata-rata SAC3.
Situasi
diatas digambarkan dalam digram 2.5
Diagram 2.5
Teorima Amplop
(Envelope Theorem)
Biaya
Q1 SAC1 SAC3
Q2 SAC2 LAC
0 X1 X2 X3 kuantitas
Jika produsen brpandangan bahwa
tingkat output yang memberikan laba
maksimum adalah X1, maka dalam jangka pendek dia memilih berproduksi dengan
pabrik ukuran kecil. Tetapi jika menurutnya tingkat produksi yang memberi laba
adalah X3, maka dalam jangka pendek pabrik yang dipilih adalah yang berskla sedang.
Sebenarnya dia bisa saja memproduksi X3 dengan menggunakan pabrik kecil, tetapi
biaya produksi rata-ratanya menjadi lebih besar (0C1 > 0C2).
Keputusan yang diambil menjadi sulit
bila tingkat produksi yang memberikan lab maksimum adalah X2. Bila pengusaha
memprediksi pasar akan terus membesar dia akan memilih pabrik skla menengah.
Sebaliknya bila pengusaha memprediksi pasar makin kecil, dia memilih pabrik
skla kecil.
Dalam jangka pendek perusahaan hanya
dapat memilih satu pabrik saja untuk berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang
pengusaha dapat menambah atau mengrangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat
produksi yang direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan
beroprasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Kurva
yang menunjukan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tigkat
produksi disebut kurva amplop (envelove
curve) . kurva ini merupakan kurva biaya rata-rata jangka panjang (long run
average cost) kurva LAC. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurva LAC adalah kurva yang
menunjukan biaya produksi per unit minimum pada berbagai tingkat produksi.
2. Kurva Biaya Marjinal Jangka
Panjang
Teknik
penurunan kurva biaya marjinal jangka panjang (kurva LMC) dapat dipahami dengan
mengikuti penjelasan diagram 2.6
Diagram 2.6
Kurva Biaya
Marjinal Jangka Panjang
Biaya
SMC1
A SAC1 SMC2
C SAC2
LAC
B
0
X1 X2 X3 X4
Kuantitas
Diagram ini menunjukan bahwa tingkat
produksi dibawah 0X, unit akan menghasilkan SAC yang lebih bersar dari LAC,
sehingga LTC lebih besar dari STC. Kita dapat menyimpulkan bahwa biaya marjinak
jangka pendek (SMC) lebih kecil dari biaya marjinal jagka panjang (LMC). Ketika
exspansi produksi dilanjutkan sampai0X2, SAC samadengan LAC (titik B). ekspansi
lanjutan ke 0 X3
menyebabkan SAC lebih besar dari LAC atau STC lebih besar dari LTC. Karena itu
SMC lebih kecil dari LMC. Sampai disini kita dapat menyipulkan bahwa jika
produksi lebih besar dari 0x2, LMC lebih besar dari SMC. Tetapi jika produksi
lebih besar dari 0X2, LMC lebih kecil dari SMC.
Selanjutnya yang harus kita ingat
adalah LMC akan memotong LAC pada saat LAC minimum. Hal itu terjadi jika
ekspansi produksi sampai ke0X4 (titik C). karena itu kurva LMC harus menelusuri
titik-titik B dan C (Perhatikan garis putus-putus LMC)
3.
Skala Produksi Ekonomis
dan Tidak Ekonomis
Skala produksi ekonomis (economies of scale) adalah interval
tingkat produksi dimana penambah output akan
menurunkan biaya produksi jangka panjang per unit. Sebaliknya, skala produksi
tidak ekonomis (diseconomies of sclale) adalah
interval tingkat produksi justru menaikan biaya produksi jangka panjang per
unit.
Diagram 2.7
Skala Produksi
Ekonomis dan Tidak Ekonomis
Biaya
MC
LMC
LAC
0
Kuantitas
Pada diagram diatas kurva LAC
mencapai minimum di titik A, kemudian naik lagi. Gerak menurun sampai titik A
disebabkan efisien skala produksi. Sebaliknya, setelah titik A efisiensi skala
produksi tidak terjadi lagi.
Ada beberapa factor penyebab
terjadinya efisiensi dari inefisiensi jangka panjang, yaitu:
1)
Teknologi
Produksi
Dalam
jangka panjang salah satu sumber peningkatan efisiensi adalah kemajuan
teknologi.bahkan dalam jangka panjang terjadi percepatan teknologi. Ini
mempercepat penuruna LAC. Tetapi percepatan kemajuan teknologi dapat
meningkatkan biaya rata-rata jangka panjang per unit, jika perusahaan tidak
mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi baik karena kendala menejemen
maupun sumber daya manusia (SDM).
2)
Manajemen
Peningkatan
kemampuan menejemen meningkatkan teknologi yang sudah ada lebih di efesien kan
penggunanya, sehingga kurva LAC. Tetapi jika kemampuan menejerial tidak
mengikuti percepatan kemajuan teknologi
akan terjadi inefisiensi..
3)
Sumber
Daya MAnusia (SDM)
Masalah
yang berkaitan dengan SDM adalah jumlah dan mutu SDM. pada awalnya penggunaan
teknologi tinggi dapat meningkatkan efisien, karena jumlah dan mutu SDM cukup
tersedia. Tetapi pada saat skala produksi di perluas, yang terjadi justru
inefisiensi karena jumlah dan mutu SDM tidak dapat disediakan dengan cepat.
Apalagi bila teknologi yang digunakan adalah teknologi yang di impor.
4.
Sudut Kemiringan Kurva
Biaya Rata-rata Jangka Panjang (Kurva LAC)
Ada tiga kemungkinan sudut
kemiringan kurva LAC (LAC shape), dua diantaranya ditunjukan dalam diagram 2.8
Diagram 2.8
Kemiringan Kurva
LAC
Biaya
MC
LAC
0
X1 Kuantitas
Diagram
6.8.a menunjukan sudut kemiringan LAC mengarah kekanan atas. Ini terjadi karena
terlalu cepat terjadinya hokum LDR, sehingga setelah titik X1 perusahaan
mengalami skala produksi tidak ekonomis. Kurva LAC seperti ini bisa terjadi
pada perusahaan yang memiliki fungsi produksi skala hasil menurun (DRS).
Diagram 6.8.b menunjukan sudut kemiringan LAC ke kiri bawah. Pada kurva LAC ini
tersirat juga terjadinya hukum LDR, tetapi terjadinya sangat lambat.perusahaan
mengalami inefisiensi, sehingga skala produksi tidak ekonomis lagi saat jumlah
produksi sudah sangat besar (0X2). Kurva LAC seperti ini terjadi bila fugsi
produksi perusahaan memiliki karakter skala hasil menaik (IRS).
Kasus fungsi produksi Skala Hasil
Konstan (CRS)
Perusahaan yang memiliki fungsi
produksi skala hasil konstan (constant return to scale atau CRS) memiliki kurva
LAC garis lurus sejajar sumbu horizontal, karena kurva-kurva SAC sama dan
sebangun. Kurva LAC sama dengan kurva LMC karena kurva SMC sejajr dan sebangun.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori perilaku
produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori perilaku konsumen.
Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumen, produsen
mengalokasikan dananya untuk menggunakan faktor produksi atau yang akan di
proses menjadi output. Karena itu
bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk
konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis
terpakai untuk membeli faktor produksi.
Dalam
mengonsumsi barang berlaku The Law of
Diminishing Marginal Utility (LDMU), sedangkan dalam penggunaa faktor
produksi berlaku The Law of Diminishing
Return (LDR). Produsen juga memililki pengetahuan yang lengkap (perfect
knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya, bila konsumen
berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat
produksi maksimum.
Produksi dan biaya produksi bagaikan keping uang mata
logam berisi dua. Jika produksi berbicara tentang nilai fisik penggunaan factor
produksi, biaya mengukurnya dengan nilai uang. Dalam ekonomi yang sudah modern,
di mana peranan uang amat penting, maka ukuran efisiensi yang paling baik
(walaupun bukan paling lengkap) addalah uang. Sesuatu yang efisien secara
teknis, belum tentu secara finan-sial dan ekonomi menguntungkan
3.2
Saran
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat
bermaanfaat yang kemudian dapat
diamalkan dalam kehidupan.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dengan kesempurnaan dan begitu banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar
harapan kami jika ada kritik dan
saran
yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prathama
Rahardja, Mandala Manurung. 2008. Pengantar
Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2.
Drs.
Lukman, M.Si. 2007. Pengantar Teori Mikro
Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Ekspres.
3.
Raharja,
Prathama. 2004. Teori Ekonomi Mikro.
Jakarta: FEUI
trimakasih atas infonya...
BalasHapusminta izin copas buat tugas ya... sukses selalu...
Disini juga ada artikel tentang "teori produksi" berikut link nya
BalasHapushttp://catatanblogdian.blogspot.co.id/2016/12/teori-produksi-fungsi-produksi-teori.html
terima kasih
semoga bermanfaat
download versi Word Lengkap Teori Biaya Ekonomi Islam
BalasHapusSaya ingin berbagi kesaksian tentang bagaimana layanan pendanaan Le_Meridian membantu saya dengan pinjaman 2,000,000.00 USD untuk membiayai proyek pertanian ganja saya, saya sangat berterima kasih dan saya berjanji untuk membagikan perusahaan pendanaan yang sah ini kepada siapa pun yang mencari cara untuk memperluas bisnisnya project.the company adalah perusahaan pendanaan UK / USA. Siapa pun yang mencari dukungan keuangan harus menghubungi mereka di lfdsloans@outlook.com Atau lfdsloans@lemeridianfds.com Bpk. Benjamin juga menggunakan whatsapp 1-989-394-3740 untuk mempermudah segala pemohon.
BalasHapusJika tahap produksi sudah berhasil dilewati, kali ini menuju ke tahap Pasca Produksi sebagai akhir dari keseluruhan proses dasar pembuatan video, animasi dan musik digital. Tahap pasca produksi merupakan proses finishing, tahap ini menugaskan kita untuk dapat menambahkan modifikasi akhir yang dapat membuat animasi terlihat lebih bagus. Tetapi jangan terlalu banyak menambahkan modifikasi atau hiasan akhir, dan usahakan agar hasil akhir tetap didalam jalur atau tidak terlalu rumit untuk ditonton. Terdapat beberapa proses didalamnya seperti Compositing, Color Correcting, Dubbing / Musik / Sound Effects, dan Final Output Jasa Penulis Artikel
BalasHapus