BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah peradaban islam mempunyai
dua konsep. Pertama, sejarah memberikan pemahaman akan arti objektif tentang
masa lampau. Peristiwa masa lampau yang sampai kepada kita saat ini adalah
peristiwa yang benar-benar terjadi, ia bukan legenda atau cerita yang di karang
(fiktif). Dalam hal ini Al-Quran menegaskan kebenarannya dan menutupkan kisahnya
walaupun tidak secara rinci dalam penuturan kisahnya, di samping itu ada banyak
bukti-bukti arkeologis yang bisa menuatkan secara empiris bahwa peristiwa
tersebut benar-benar terjadi. Kedua, sejarah menunjukkan maknanya yang
subjektif, karena masa lampau tersebut telah menjadi semua kisah atau cerita
yang kebenarannya masih di pertanyakan.
Namun hal yang sangat penting dari
dua konsep di atas adalah bahwa ia memberikan gambaran kepada kita akan arti
sejarah yang sesungguhnya dalam kehidupan, terutama dalam membentuk pemahaman
manusia tentang masa lampau sehingga bisa dijadikan rujukan untuk gerak sejarah
berikutnya, karenanya dalam mempelajari sejarah kita perlu memperhatikan
beberapa karakteristik berdasarkan disiplinnya yang dapat di lihat pada tiga orientasi
yaitu : pertama, sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian-kejadian,
peristiwa-peristiwa, dan keadaan manusia pada masa lampau dalam kaitannya
dengan keadaaan masa kini. Kedua, sejarah nerupakan pengetahuan tentang
hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui
penyelidikan dan analisis/peristiwa-peristiwa masa lampau.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana keadaan Arabiya Pra-Islam ?
2.
Bagaimana tradisi menulis serta situasi
pendidikan Bangsa Arab Pra-Islam?
3.
Apa saja pusat kegiatan intelektual di luar
Arabiya Pra-Islam ?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui keadaan Bangsa Arab Pra-Islam
2.
Untuk mengetahui tradisi dan situasi pendidikan
Bangsa Arab Pra-Islam
3.
Untuk mengetahui berbagai macam pusat kegiatan
intelektual di luar Arabiya Pra-Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arabiya Pra Islam
Secara
geografis, Jazirah Arab bentuknya memanjang, ke sebelah utara berbatasan dengan
Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat
(Euphrates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk
Aden, sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan
daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara serta dari timur padang
sahara dan Teluk Persia, letak geografis ini telah melindunginya dari serangan
dan penyerbuan penjajahan serta penyebaran agama.
Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan, sedangkan Romawi telah dikuasi sepenuhnya oleh semangat kolonialisme. Negeri ini terlibat pertentangan agama , antara Romawi di satu pihak dan Nasrani di pihak lain. Negeri ini mengandalkan kekuatan militer dan ambisi kolonialnya dalam melakukan petualangan (naif) demi mengembangkan agama kristen, dan mempermainkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya yang serakah.
Sementara itu, di jazirah Arabia kehidupan dalam keadaan tenang, jauh dari hal-hal di atas, mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban seperti Persia yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama, mereka juga tidak memiliki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke negara-negara tetangga, mereka tidak memiliki filosofi dan dialetika Yunani yang menjerat mereka menjadi bangsa mithos dan khurafat.
Karakteristik mereka seperti bahan baku yang belum diolah dengan bahan lain, masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia, penolong, dermawan, hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat (pengetahuan) yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu, karena mereka hidup di dalam kegelapan, kebodohan, dan alam fitrahnya yang pertama. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Kemudian mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan, sedangkan Romawi telah dikuasi sepenuhnya oleh semangat kolonialisme. Negeri ini terlibat pertentangan agama , antara Romawi di satu pihak dan Nasrani di pihak lain. Negeri ini mengandalkan kekuatan militer dan ambisi kolonialnya dalam melakukan petualangan (naif) demi mengembangkan agama kristen, dan mempermainkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya yang serakah.
Sementara itu, di jazirah Arabia kehidupan dalam keadaan tenang, jauh dari hal-hal di atas, mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban seperti Persia yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama, mereka juga tidak memiliki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke negara-negara tetangga, mereka tidak memiliki filosofi dan dialetika Yunani yang menjerat mereka menjadi bangsa mithos dan khurafat.
Karakteristik mereka seperti bahan baku yang belum diolah dengan bahan lain, masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia, penolong, dermawan, hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat (pengetahuan) yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu, karena mereka hidup di dalam kegelapan, kebodohan, dan alam fitrahnya yang pertama. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Kemudian mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Pada zaman dahulu,
Jazirah Arab terbagi kedalam enam bagian yaitu :
- Hijaz, terletak di sebelah tenggara dari Thursina di tepi laut
merah. Di daerah Hijaz itulah letaknya kota yang terkanal dengan nama Mekkah
atau Bakkah, Yastrib atau Madinnah, dan Thoif.
- Yaman, terletak disebalah selatan Hijaz. Dinamakan Yaman karena
daerah itu letaknya disebelah kanan Kakbah bila kita mengahdap ke timur.
Disebelah kiri daerah itu terletak Negeri Asier. Didalam daerah itu ada
beberapa kota yang besar-besar seperti kota Saba’ atau Makrib, Saria, Hudaidah,
dan ‘And.
- Hadhramaur, terletak disebelah timur dari daerah Yaman dan di
tepi samudera Indonesia.
- Muhram, telertak disebalah timur daerah Hadhramaur.
- Oman, terletak disebalah utara bersambung dengan teluk Persia dan
disebalah tenggara dengan Samudera Indonesia.
- Al-Hasa, terletak di pantai Teluk Persia dan panjangnya sampai ke
tepi sungai Euphrat.
- Najd, terletak di tengah-tengah antara Hijaz, Al-Hasa, Sahara
Negeri Syam, dan Negeri Yamamah. Daerah ini merupakan dataran tinggi.
- Ahqaf, terletak didaerah Arab sebelah selatan dan disebalah barat
daya dari Oman. Daerah ini merupakan dataran rendah.
1. Sejarah Peradaban Bangsa Romawi
Menjelang
datangnya Islam, kekuatan dunia berpusat pada dua kekuatan
Imperium Byzantium sebagai pewaris Kerajaan
Romawi yang beragama
Kristen, kedua yaitu Imperium Persia yang
beragama majusi. Kedua bangsa itu adalah bangsa-bangsa besar yang sudah
menguasai beberapa belahan dunia sejak sebelum masehi. Kekaisaran Romawi yang
sudah berabad-abad menguasai daratan Eropa dan menjadi kekuatan penting dunia yang tidak terkalahkan,
saat terjadi perselisihan, dimana kekaisaran dibagi menjadi 4 propinsi. Pada
tahun 395 Kaisar Heodosius membagi kemaharajaannya menjadi dua untuk dua orang
puteranya Arkadius dan Honorius dengan Roma sebagai Ibukota Romawi Barat dan Konstantinopel
sebagai Ibukota Romawi Timur. Hal ini yang dikemudian hari menjadi penyebab
runtuhnya Romawi Barat pada tahun 410 M oleh bangsa Gothia. Sementara Romawi
Timur dapat bertahan dan melanjutkan kemaharajaan Romawi sampai berabad-abad
berikutnya. Dengan demikian Romawi Timur menjadi satu-satunya pewaris
Kemaharajaan Romawi, dengan nama Imperium Byzantium dan Konstantinopel sebagai
Ibukota. Antara orang-orang Persia dan Romawi selalu terjadi peperangan yang
berkepanjangan, khususnya memperebutkan pesisir Laut Tengah sekitar Mesir dan
Siria, karena tempat tersebut sangat strategis untuk dijadikan Armada Lautan
bagi masing-masing kerajaan. Lantaran orang Persia beragama Majusi yang menyembah
api, sedangkan Romawi beragama Kristen dan mengakui adanya Tuhan, maka sedikit
banyak peperangan diantara keduanya juga peperangan antara Majusi dan Kristen,
hal ini yang kelak juga mempengaruhi orang Islam pada awal penyebarannya, yaitu
ketika tentara Persia dapat mengalahkan tentara Romawi dan merebut Mesir dan
Siria, orang-orang Islam bersedih sedangkan orang-orang Kafir Makkah
bergembira. Namun Allah memberi ketenganan kepada orang-orang Islam akan
datangnya kemenangan bagi orang-orang Romawi. Hal ini terjadi, dan tidak lama
kemudian tentara Romawi dapat mengalahkan tentara Persia dan merebut kembali
daerah-daerah yang
semula direbut, dalam hal ini orang-orang
mukmin bergembira dan orang-orang kafir Makkah bersedih.
2. Sejarah Peradaban Bangsa Persia
Sedangkan
Bangsa Persia adalah turun temurun dari kekuasaan kemaharajaan Iskandar Zulkarnain,
yang setelah kematiannya, Persia terbagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil, pada tahun
227 keluarga Sasania mempersatukan Persia dengan mendirikan Daulat Sasania.
Mereka beragama Zaradhusta. Mereka
menyembah
Allah, mereka berkekinan bahwa hak mereka memegang kekuasaan adalah karunia
Allah, dan hanya keturunan mereka yang berhak untuk memerintah. Namun pada masa
berikutnya dengan keyakinan bahwa cahaya adalah simbul Tuhan dan kegelapan
adalah simbul setan, maka bangsa Persia menyembah api. Diwilayah asia
barat terdapat peradaban yang tinggi yang dimiliki bangsa persia, mereka ahli
dalam politik dan militer. Kebudayaan mereka bercampuran antara kebudayaan asli
dengan mesopotamia (daerah yang pernah ditaklukannya).Bangsa Persia membangun tambang tambang besar
dan kuil kuil seperti kuil di babilonia dan siria. Bangsa persia telah mengenal
alfabet yang terdiri dari 39 huruf. Mereka mengenal ilmu astronomi dari bangsa
babilonia. Bangsa zoroaster menganut ajaran zoroaster yang hidup sekitar 600
SM. Menurut ajaran zoroaster hidup adalah peperangan antara kebaikan (dewa
kebijaksanaan ahuramazda) dan kejahatan (dewa perusak ahriman). Penganut zoroaster harus ramah, jujur, tulus, dan
bersahabat dengan sesamanya. Jika penganut zoroaster meninggal ia dapat
melewati api yang ada diantara dunia dan surga tanpa terluka. Untuk mereka ada
sebuah jembatan lebar yang menghubungkan surga dengan dunia. Raja raja persia
terkenal adalah penganut zoroaster. Bahkan raja darius dalam satu prasastinya
mengatakan “atas kehendak ahuramazda yang memilih aku dan menjadikan aku raja
seluruh dunia”. Raja persia lainnya ataxerxes 1 mengeluarkan kalender dengan
nama nama dewa zoroaster sebagai nama nama bulannya. Bangsa persia akhirnya
ditaklukan oleh islam pada abad 7 M oleh khalifah umar bin khattab r.a.
3. Sejarah Peradaban Bangsa Arab
Sedangkan
Bangsa Arab yang mendiami Jazirah Arab terlepas dari dua kekuatan tersebut, dikarenakan
letak geografis Jazirah Arab yang dikelilingi oleh padang pasir dan lautan
luas, sementara negerinya gersang tidak dialiri oleh sungai dan tidak juga
mendapat siraman air hujan dengan teratur kecuali Yaman di sebelah Selatan.
Maka wajar kalau dimasa itu Jazirah Arab tidak dikenal kecuali Yaman, namun
demikian kedua kekuatan itu tidak tertarik untuk menguasainya lantaran letaknya
yang sangat jauh dan harus dijangkau dengan mengarungi lautan atau pegunungan
tandus dan padang pasir yang luas.
Bangsa
Arab adalah salah satu dari bangsa Smith, yang mendiami daratan
yang dinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu
jazirah Arab. Mereka terdiri dari tiga bagian:
1- Bangsa Arab yang sudah punah
2- Bangsa Arab campuran
3- Bangsa Arab pendatang
Bangsa Arab yang sudah punah tersebut terdiri
dari kaum: ‘Ad, Thamud, Tasm
, Jadis, ‘Imliq, Jurhum dan Wabar. Adapun
generasi berikutnya terdiri dari dua garis keluarga besar, yaitu Qahtan dan
‘Adnan: Keluarga Qahtan ialah merupakan garis keturunan keluarga yang datang
dari sebelah Timur sungai Euphrat, lalu
bertempat tinggal di Hadramaut dan Yaman,
dibagian selatan semenajung Arabia. Mereka itu telah menguasai tehnik pengairan
yang baik, mereka mendirikan bendungan Ma’rib untuk mengumpulkan air yang dapat
mereka pergunakan pada saat mereka perlu. Oleh karena itu di Yaman terdapat
beberapa kerajaan yang terkenal dengan kota-kota besarnya yang makmur serta
mempunyai kemajuan yang cukup dengan zaman itu. Di antara kerajaan-kerajaan itu
ialah kerajaan Saba’, yang riwayatnya tersebut dalam Taurat dan Al-Qur’an: “Sesungguhnya
karena kemakmuran negeri ini (Yaman) dinamailah dia ‘Negeri Arab yang
berbahagia”. Sedangkan keluarga Adnan merupakan
Garis keturunan yang mendiami Makkah dan negeri-negeri di sekitarnya (Hijaz).
Mereka adalah
keturunan nabi Isma’il a.s. bin Ibrahim a.s.
yang datang ke Makkah dan mendirikan Ka’bah. Dari keluarga Adnan ini lahirlah
beberapa suku (kabilah), diantaranya adalah Kinanah, yang daripadanya lahir
suku Quraisy.
Oleh karena sebagian besar tanah
Arab berupa padang pasir dan gurun yang tandus, maka kebanyakan penduduknya
hidup berpindah-pindah, hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan antar satu
suku dengan yang lainnya, karena memperebutkan lembah dan air. Kerena itu
mereka terbentuk dengan sifat berani untuk membela diri. Sehingga tertanam
dalam diri mereka sifat berani dan suka berperang. Mereka hidup dalam udara
yang merdeka, jauh dari jangkauan kaum penjajah. Sedangkan di Yaman, tidak satupun kerajaan yang berani mengarahkan
tentaranya ke negeri Arab yang tandus itu, kecuali ke Yaman yang kaya raya.
Negeri ini pernah diperangi oleh bangsa Ethiopia pada tahun 570 M. Dibawah
pimpinan
panglima Aryath, kemudian Abrahah menggantikan Aryath sebagai gubernur diYaman,
ia mengerahkan tentaranya menyerang Makkah dengan maksud akan meruntuhkan
Ka’bah pada tahun 571 M. Angkatan perang Abrahah yang besar yang dipelopori
oleh pasukan Gajah itu hancur lebur ditengah jalan karena dihadang oleh
serangan burung Ababil. Sebenarnya suku-suku mereka (Bangsa Arab) terpecah
belah dan tidak bersatu, tidak tunduk kepada suatu pemerintah pusat, yang
mengakibatkan tidak adanya kesatuan politik dan agama mereka. Tiap suku
mempunyai pimpinan sendiri
dengan
gelar ‘Syaikul Qabilah’ (Kepala suku). Kepala dari suku yang besar, seakan-akan
menjadi raja yang tidak bermahkota. Perintahnya menjadi undang-undang, segala
keperluannya harus dituruti, dan suku-suku yang kecil harus tunduk kepada
mereka. Sedangkan kedudukan Suku Quraisy pada umumnya
sangat menghormati Ka’bah. Mereka datang untuk berziarah dan menunaikan haji
tiap tahun. Bulan-bulan waktu ziarah Ka’bah dianggap sebagai bulan yang mulia,
di kala itu tidak boleh melakukan peperangan. Di sekeliling Ka’bah itu mereka
mengadakan pasar tahunan, yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz. Kaum Quraisy bermukim di
sekitar Ka’bah untuk melindungi dan mengabdi kepadarumah suci itu. Oleh karena
itu mereka memperoleh kehormatan dari suku-suku yang lain. Karakter Suku
Quraisy adalah suku saudagar yang gemar berniaga, mereka berhubungan dengan
bangsa-bangsa yang telah maju, perhubungan ini sangat besar pengaruhnya kepada
kemajuan dan kecerdasan fikiran mereka. Mereka juga dikenal dengan suku yang
sangat memuliakan tamu. Dalam soal ini mereka
mendapat pujian yang istimewa pari para
penyair.
Sebelum
datangnya Islam, sebagian besar suku Arab menyembah berhala, dengan bentuk yang
berbeda-beda, jumlah berhala yang mereka sembah mencapai 360 berhala, yang
seluruhnya terletak di sekitar Ka’bah. Tiap suku memiliki berhala sendiri, juga
terdapat patung Nabi Ibrahim, Isa Al-Masih, dan Hubal sebagai berhala suku
Quraisy, berhala-berhala itu terbuat dari batu akik dan batu hitam.
4. Sejarah Peradaban Mesir
Kebudayaan
mesir merupakan salah satu kebudayaan sungai, yaitu sebuah kebudayaan yang
banyak terpengaruh dari endapan lumpur sungai, yaitu sungai nil.sungai nil
merupakan sungai terpanjang di dunia. Terdapat pula peninggalan kebudayaan
mesir kuno, seperti memphis, thebes, gizah, luxor dan sebagainya. Di gizah
terdapat makam para raja raja yang berbentuk piramida dan patung singa
berkepala manusia yang disebut spinx. Bangsa mesir kuno telah mampu membagi
bulan dan mengenal tulisan yang disebut helioglip.
5.
Sejarah Peradaban Yunani
Sebelum agama
islam masuk ke eropa, dikalangan bangsa barat sudah ada peradaban dan
kepercayaan. Yang mereka anut pada sangan t itu adalah mengakui banyak tuhan
atau politheisme. Kepercayaan yang menonjol di kalangan mereka saat itu
bahwa tuhan bertempat di gunung olimpus. Dewa yang tertinggi bertahta di gunung
itu adalah dewa zeus. Dewa zeus menguasai beberapa dewa lainnya, seperti
dewa ares (dewa peraga), dewa artemis (dewa perburuhan), dan lain sebagainya.
Bangsa yunani pada saat itu telah
memiliki pengetahuan tinggi, mereka mampu mendirikan negara kota seperti
sparta, athena, thebe, dengan korinthia. Pembentukan negara kota seperti ini
tidak hanya terjadi di yunani saja, namun juga di pulau pulau laut aegea dan
mediteranian. Kemampuan yang mereka miliki tersebar
ke beberapa wilayah lain, bersamaan dengan kepindahan merka ke tmpat yang baru
(kolonisasi).mereka meninggalkan kota menuju asia kecil thrasia, yaitu daerah
sepanjang laut hitama, italia dan laut sisilia.
B. Tradisi Menulis dan Pendidikan Bangsa Arab
Bangsa Arab
Pra-Islam, menurutnya lembaga pendidikan dasar, kuttab, kata jadian dari kataba
(menulis) sudah dikenal pada zaman
pra-Islam. Menurut Hasan Asari jika kita mengambil pengertian kuttab sebagaimana kemudian dipahami
dalam Islam, maka kuttab adalah
lembaga pendidikan dasar untuk mengajarkan tulis baca, berhitung, dan
dasar-dasar agama, maka penggunaan kata ini pada bangsa Arab pra-Islam
menunjukkan bahwa adanya satu sistem pendidikan yang telah berfungsi di
kalangan bangsa Arab pra-Islam. Indikasi ini menurut Hasan Asari didukung oleh
terdapatnya dalam catatan sejarah beberapa nama yang dikenal sebagai guru (mu’allim) yang hidu sebelum periode
Islam seperti Bisyr b. ‘Abd al-Malik, Sufyan b. Umayyah b. ‘Abd Syams, ‘Usman
b. Zarrah, Abu Qays, dan sebagainya.
Catatan-catatan
sejarah tentang kegiatan pendidikan di tengah komonitas Yahudi dan Kristen yang
hidup di Arab pra-Islam cendrung lebih lengkap, jika dibandingkan dengan bangsa
Arab pagan (penyembah berhala). Komonitas Yahudi dan Kristen terkenal dengan
perhatian yang tinggi terhadap pendidikan. Sebelum datangnya Islam Arabia telah
mengenal sekolah-sekolah Yahudi dan Kristen yang mengajarkan kitab suci (Taurat dan Injil), filsafat, jadal (debat)
dan topic-topik lain yang berkaitan dengan agama mereka, sehingga banyak
orang-orang Arab pra-Islam yang memamfaatkan kehadiran Yahudi dan Kristen untuk
belajar tentang sejarah, nab-nabi, maupun hal-hal lainnya.
Ringkas kata, menjelang datangnya Islam, bangsa
Arab pada dasarnya telah mengembangkan satu kegiatan sastra, terutama dalam
bentuk puisi. Meskipun sistem ekpresi dan transmisi yang dominan adalah lisan,
tulisan telah mulai dikenal secara terbatas. Paling tidak untuk kalangan
tertentu (Yahudi dan Kristen) pendidikan
C. Pusat Kegiatan Intelektual di Luar Arabia
Pra-Islam
1.
Athena
Klasik : The School of Hellas
Sejarah panjang peradaban Yunani
mengantarkannya ke puncak peradaban manusia di seluruh dunia. Kemajuan di
berbagai bidang dengan mudah terlihat sebagai simbolisasi dari kuatnya
peradaban ini. Tidak ada pembicaraan tentang ilmu pengetahuan modern yang bisa
mengelak dari merujuk akarnya ke Yunani sebagai sebuah kota yang berada di
bawah kekuasaan Romawi Timur, Athena mengalami kemakmuran dan kemajuan budaya
serta menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual kerajaan Romawi. Sejumlah
pusat pendidikan berdiri di kota ini. Filsafat dan ilmu-ilmu lainnya berkembang
dengan baik. Peradaban ini melahirkan sederet nama-nama besar di berbagai
bidang pengetahuan semisal Thales, Anaximenes, Anaximender, Protogoras,
Socrates, Aristoteles, Plato, Plotinus dan Phytagoras. Di Athena, Plato
yang wafat tahun 347 SM mendirikan Akademi Filsafat yang belakangan dikenal
sebagai museum Athena. Merupakan sebuah lembaga besar dan terbuka,
tempat para ilmuan dari berbagai latar belakang bangsa dan agama bersama-sama
mengembangkan pengetahuan
Pandangan
keagamaan Justian I yang demikian fanatik dan tidak bisa mentolerir keberadaan
penganut sekte atau agama lain menjadi latar belakang penutupan museum Athena.
Disamping itu, penutupan museum ini juga berkaitan dengan sikap Justinian I
yang tidak terlalu antusias terhadap dunia ilmu pengetahuan dan filsafat, di
samping-alasan-alasan ekonomi.
2. Alexandria Hellenistik
Alexandria
(al-Iskandaryah) dibangun sekitar abad ke-3 SM, terletak di pantai laut Tengah
dan termasuk wilayah Mesir. Kota ini berada di bawah kekuasaan Romawi Timur
hingga datangnya Islam. Pada abad ke-1 M, Alexandria telah menjadi pusat ilmiah
dan fillsafat Yunani bersamaan dengan pertemuan Hellenisme dengan pengaruh
Oriental dan Mesir Kuno. Walaupun Athena memberikan jalan bagi Alexandria
sebagai pusat intelektual bagi lingkungan Yunani, namun demikian tradisinya
tetap meneruskan tradisi Hellas dengan menciptakan dua sistem filsafat baru
yang akan menempatkan mereka berdampingan dengan Plato, Aristoteles dalam
pengeruhnya bagi pemikiran Barat. Sebagai pusat ilmiah, kota Alexandria
mendapat dukungan yang baik dari para Kaisar di Konstantinopel, paling tidak
hingga abad ke-4 M. Keterbukaan dan kebebasan ilmiah yang dulunya berhasil
memajukan Athena kembali diterapkan di Aleksandria. Para ilmuan dari berbagai
latar belakang budaya dan agama dengan bebas berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan ilmiah di kota ini. Sama halnya dengan periode Athena, fanatisme
agama tampaknya berperan besar dalam proses kemunduran kegiatan intelektual di
Alexandria. Sejak awal abad ke-5 M., kegiatan intelektual di kota ini terus
mengalami kemunduran.
3. Romawi
Timur
Ketika
kerajaan Yunani mengalami kemunduran dan kemudian kaisar Augustus mendirikan
kerajaan Romawi Pada tahun 27 SM. Saat itu, Athena tetap berfungsi sebagai
pusat pengembangan intelektual. Sayangnya, filsafat dan sains tidak pernah
tumbuh subur di Roma seperti hal nya di Athena dan Alexandria. Namun demikian,
para filosof dan ilmuan pada masa Romawi mencakup orang-orang yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan intelektual Eropa masa pertengahan. Produktivitas
ilmiah benar-benar mengalami kemunduran di bawah kekuasaan Romawi ini. Chester
G. Starr menyebut abad kedua kekuasaan Romawi ini sebagai abad mandul – dalam
arti tidak memproduksi karya ilmiah yang monumental. Adapun penyebab kemandulan
ini adalah :
- Absolutisme sistem imperial yang diterapkan benar-benar bertentangan dengan kebebasan sebagai syarat perkembangan ilmiah.
- Peralihan besar-besaran dalam struktur kelas sosial dimana kelas atas yang sebelumnya merupakan penyangga peradaban Yunani mengalami kehancuran.
- Bangkitnya individualisme menggerogoti sistem kemasyarakatan sehingga tidak memberi kemungkinan berkembangnya peradaban yang tinggi.
Di antara karya yang sempat ada pada masa ini adalah karya
Plotinus yang mencakup keseluruhan filsafat termasuk Kosmologi dan Fisika.
Karya-karya ini merupakan sintesis dari pemikiran Platonik, Phytagorean,
Aristotelian, dan Stoic, yang kemudian dikenal dengan nama Neoplatonisme.
Merupakan filsafat yng dominan dalam dunia pemikiran Yunani-Roman; sisa-sisa
purbakala sampai pada era pertengahan.
Pesatnya pertukaran budaya terjadi setelah tahun 155 SM,
ketika kedutaan Athena tiba di Roma untuk menyampaikan suatu keputusan yang
tidak disukai yang telah diambil oleh penengah Yunani dalam percekcokan dengan
ibu kota negara bagian Oropus. Seruan tersebut tidak berhasil dan sang duta
besar kembali ke Athena, tanpa menghasilkan apa-apa kecuali stimulasi ceramah
filsafat di Roma. Transmisi pengetahuan dari Athena menuju Roma salah satunya
terjadi melalui Alexandria. Ada keyakinan bahwa Plotinus (205 M.- 270 M.)
–filosof Yunani— dilahirkan di Mesir; ia belajar di Alexandria sebelum pindah
ke Roma di usia 40 tahun.
4.
Kostantinopel
Sumbangan Konstantinopel terhadap
perkembangan pengetahuan salah satunya adalah dengan didirikannya Universitas
oleh Konstantin di Konstantinopel. Institusi ini diakui oleh Theodosius II pada
tahun 425. merupakan universitas baru yang menjadi pusat belajar terpenting di
kerajaan tersebut. Disamping itu, perlu pula dicatat beberapa peninggalan
seperti karya-karya Proclus yang mencakup komentar terhadap buku I dari Euclid
yang berjudul ‘Element‘ yang berisikan sejarah geometri Yunani yang
sangat kaya serta sebuah risalah yang berjudul ‘Outline of Astronomical
Hypothesis’, yang merupakan ringkasan dari teori Hipparchus dan Ptolemy.
5. Jundi
Shapur
Pusat
intelektual lain yang juga penting adalah Jundi Shapur, sebuah kota tua di
bagian Tenggara lembah Mesopotamia dan berada di bawah kekuasaan kerajaan
Persia Sasaniyah. Kegiatan ilmiah di kota ini mencapai puncak kejayaannya pada
abad ke enam, namun kota ini masih relatif vital sampai sekitar abad ke 4/10 M,
setelah berada di bawah kekuasaan Muslim.
Jundi Shapur menjadi pusat intelektual terbaik di zamannya,
khususnya di bidang kedokteran, matematika dan musik. Nama Jundi Shapur menjadi
terkenal selama periode Islam. Jundi Shapur secara cepat menjadi pusat ilmu
pengetahuan yang utama, khususnya bagi Pengobatan Hipokratik, yang kemudian
diperkuat lagi setelah tahun 489 M., ketika aliran Edessa ditutup atas perintah
penguasa Byzantine. Bersamaan dengan berkembangnya kegiatan ilmiah di kawasan
Sasaniyah Kerajaan Romawi Timur tampaknya lebih banyak dikuasai oleh
Kaisar-kaisar yang tidak mendukung kegiatan ilmiah yang mengakibatkan
ditutupnya sejumlah akademi di beberapa kota. Hal ini secara langsung
menguntungkan kota Persia, Jundi Shapur; banyak ilmuan yang kemudian
meninggalkan Athena, Alexandria dan kota-kota Romawi lainnya lalu memilih untuk
menetap di Jundi Shapur.
6. Edessa, Harran dan Nisibis: Jalan menuju
Baghdad
Di antara
kota tujuan para ilmuan yang meninggalkan Athena dan Alexandria adalah Edessa
dan Harran, dua kota Mesopotamia Utara dimana Kebudayaan Syria Kuno sudah
berkembang sejak awal. Meskipun pada umumnya penduduk daerah ini adalah
penganut Kristen Nestoris, tetapi sebagai sebuah kota ilmiah, para ilmuan pagan
pun mendapat tempat terhormat di sini. Bahkan kegiatan kota Harran cenderung
lebih didominasi oleh para ilmuan pagan, sedangkan Edessa menjadi pusat
kegiatan intelektual yang didominasi oleh para ilmuan Kristen (Nestoris). Karya-karya
yang diterjemahkan saat ini mencakup bidang-bidang matematika, astronomi,
kedokteran dan filsafat. Pada paruh pertama abad ke-6 M kota Nisibis memiliki
sebuah akademi pendidikan yang mungkin bisa disebut terbaik di dunia kala itu.
Di sini berlangsung kegiatan penerjemahan karya-karya penting Yunani dan
Sanskerta ke dalam bahasa Persia lama (Pahlavi) dan bahasa Syria, oleh para
ilmuan Syria, Yahudi, Persia dan lain-lain. Karya-karya yang diterjemahkan
antara lain bidang-bidang matematika, kedokteran, astronomi, dan filsafat. Kemunduran
Alexandria yang menyebabkan terjadinya eksodus ilmuan berperan besar dalam
penyebaran sains ke daerah-daerah ini. Setelah dimusuhi di belahan Barat,
kelompok ini melarikan diri ke wilayah Syria dan mendirikan sekolah di Edessa.
Ketika pada tahun 489 M, kaisar Romawi Timur memerintahkan agar akademi ilmiah
Edessa ditutup, para ilmuan kembali harus pindah, kali ini ke Nisibis, masih di
Mesopotamia Utara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jazirah
Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan
Persia di Timur. Jazirah Arab terlepas dari dua kekuatan tersebut,
dikarenakan letak geografis Jazirah Arab yang dikelilingi oleh padang pasir dan
lautan luas, sementara negerinya gersang tidak dialiri oleh sungai dan tidak
juga mendapat siraman air hujan dengan teratur kecuali Yaman di sebelah
Selatan. Masa sebelum kedatangan islam dikenal dengan zaman zahiliyah yakni
periode suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Namun demikian bukan berarti
masyarakat Arab tidak memiliki peradaban.
Tradisi
menulis dan pendidikan bangsa Aarab pra-islam pada dasarnya telah mengembangkan
suatu kegiatan sastra terutama dalam bentuk puisi. Sedangkan pusat kegiatan
intelektual di luar arabia pra-islam diantaranya Atena, Alexansria, Romawi
Timur, Kostannopel, Jundi Shapur, Edessa, Harran, dan Nisbis.
Daftar Pustaka
1.
Taswiyah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Diadit Media Press.
2.
Asari Hasan. 2007. Menyikap zaman Keemasan Islam. Bandung : Cita Pustaka
Media.
3.
Daftary
Farhad. 2002. Tradisi-Tradisi Intelektual Islam. Jakarta : Erlangga.
4.
Mufrodi Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta : Logos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar