Selasa, 01 Maret 2016

MAKALAH PERADABAN DUNIA PRA ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Sejarah peradaban islam mempunyai dua konsep. Pertama, sejarah memberikan pemahaman akan arti objektif tentang masa lampau. Peristiwa masa lampau yang sampai kepada kita saat ini adalah peristiwa yang benar-benar terjadi, ia bukan legenda atau cerita yang di karang (fiktif). Dalam hal ini Al-Quran menegaskan kebenarannya dan menutupkan kisahnya walaupun tidak secara rinci dalam penuturan kisahnya, di samping itu ada banyak bukti-bukti arkeologis yang bisa menuatkan secara empiris bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Kedua, sejarah menunjukkan maknanya yang subjektif, karena masa lampau tersebut telah menjadi semua kisah atau cerita yang kebenarannya masih di pertanyakan.
            Namun hal yang sangat penting dari dua konsep di atas adalah bahwa ia memberikan gambaran kepada kita akan arti sejarah yang sesungguhnya dalam kehidupan, terutama dalam membentuk pemahaman manusia tentang masa lampau sehingga bisa dijadikan rujukan untuk gerak sejarah berikutnya, karenanya dalam mempelajari sejarah kita perlu memperhatikan beberapa karakteristik berdasarkan disiplinnya yang dapat di lihat pada tiga orientasi yaitu : pertama, sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan keadaan manusia pada masa lampau dalam kaitannya dengan keadaaan masa kini. Kedua, sejarah nerupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis/peristiwa-peristiwa masa lampau. 







B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keadaan Arabiya Pra-Islam ?
2.      Bagaimana tradisi menulis serta situasi pendidikan Bangsa Arab Pra-Islam?
3.      Apa saja pusat kegiatan intelektual di luar Arabiya Pra-Islam ?

C. Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui keadaan Bangsa Arab Pra-Islam
2.      Untuk mengetahui tradisi dan situasi pendidikan Bangsa Arab Pra-Islam
3.      Untuk mengetahui berbagai macam pusat kegiatan intelektual di luar Arabiya Pra-Islam.


















BAB II
PEMBAHASAN

A. Arabiya Pra Islam
          Secara geografis, Jazirah Arab bentuknya memanjang, ke sebelah utara berbatasan dengan Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara serta dari timur padang sahara dan Teluk Persia, letak geografis ini telah melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan serta penyebaran agama.
Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan, sedangkan Romawi telah dikuasi sepenuhnya oleh semangat kolonialisme. Negeri ini terlibat pertentangan agama , antara Romawi di satu pihak dan Nasrani di pihak lain. Negeri ini mengandalkan kekuatan militer dan ambisi kolonialnya dalam melakukan petualangan (naif) demi mengembangkan agama kristen, dan mempermainkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya yang serakah.
Sementara itu, di jazirah Arabia kehidupan dalam keadaan tenang, jauh dari hal-hal di atas, mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban seperti Persia yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama, mereka juga tidak memiliki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke negara-negara tetangga, mereka tidak memiliki filosofi dan dialetika Yunani yang menjerat mereka menjadi bangsa mithos dan khurafat.
Karakteristik mereka seperti bahan baku yang belum diolah dengan bahan lain, masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia, penolong, dermawan, hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat (pengetahuan) yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu, karena mereka hidup di dalam kegelapan, kebodohan, dan alam fitrahnya yang pertama. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Kemudian mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
            Pada zaman dahulu, Jazirah Arab terbagi kedalam enam bagian yaitu :
- Hijaz, terletak di sebelah tenggara dari Thursina di tepi laut merah. Di daerah Hijaz itulah letaknya kota yang terkanal dengan nama Mekkah atau Bakkah, Yastrib atau Madinnah, dan Thoif.
- Yaman, terletak disebalah selatan Hijaz. Dinamakan Yaman karena daerah itu letaknya disebelah kanan Kakbah bila kita mengahdap ke timur. Disebelah kiri daerah itu terletak Negeri Asier. Didalam daerah itu ada beberapa kota yang besar-besar seperti kota Saba’ atau Makrib, Saria, Hudaidah, dan ‘And.
- Hadhramaur, terletak disebelah timur dari daerah Yaman dan di tepi samudera Indonesia.
- Muhram, telertak disebalah timur daerah Hadhramaur.
- Oman, terletak disebalah utara bersambung dengan teluk Persia dan disebalah tenggara dengan Samudera Indonesia.
- Al-Hasa, terletak di pantai Teluk Persia dan panjangnya sampai ke tepi sungai Euphrat.
- Najd, terletak di tengah-tengah antara Hijaz, Al-Hasa, Sahara Negeri Syam, dan Negeri Yamamah. Daerah ini merupakan dataran tinggi.
- Ahqaf, terletak didaerah Arab sebelah selatan dan disebalah barat daya dari Oman. Daerah ini merupakan dataran rendah.
1. Sejarah Peradaban Bangsa Romawi
            Menjelang datangnya Islam, kekuatan dunia berpusat pada dua kekuatan
Imperium Byzantium sebagai pewaris Kerajaan Romawi yang beragama
Kristen, kedua yaitu Imperium Persia yang beragama majusi. Kedua bangsa itu adalah bangsa-bangsa besar yang sudah menguasai beberapa belahan dunia sejak sebelum masehi. Kekaisaran Romawi yang sudah berabad-abad menguasai daratan Eropa dan  menjadi kekuatan penting dunia yang tidak terkalahkan, saat terjadi perselisihan, dimana kekaisaran dibagi menjadi 4 propinsi. Pada tahun 395 Kaisar Heodosius membagi kemaharajaannya menjadi dua untuk dua orang puteranya Arkadius dan Honorius dengan Roma sebagai Ibukota Romawi Barat dan Konstantinopel sebagai Ibukota Romawi Timur. Hal ini yang dikemudian hari menjadi penyebab runtuhnya Romawi Barat pada tahun 410 M oleh bangsa Gothia. Sementara Romawi Timur dapat bertahan dan melanjutkan kemaharajaan Romawi sampai berabad-abad berikutnya. Dengan demikian Romawi Timur menjadi satu-satunya pewaris Kemaharajaan Romawi, dengan nama Imperium Byzantium dan Konstantinopel sebagai Ibukota. Antara orang-orang Persia dan Romawi selalu terjadi peperangan yang berkepanjangan, khususnya memperebutkan pesisir Laut Tengah sekitar Mesir dan Siria, karena tempat tersebut sangat strategis untuk dijadikan Armada Lautan bagi masing-masing kerajaan. Lantaran orang Persia beragama Majusi yang menyembah api, sedangkan Romawi beragama Kristen dan mengakui adanya Tuhan, maka sedikit banyak peperangan diantara keduanya juga peperangan antara Majusi dan Kristen, hal ini yang kelak juga mempengaruhi orang Islam pada awal penyebarannya, yaitu ketika tentara Persia dapat mengalahkan tentara Romawi dan merebut Mesir dan Siria, orang-orang Islam bersedih sedangkan orang-orang Kafir Makkah bergembira. Namun Allah memberi ketenganan kepada orang-orang Islam akan datangnya kemenangan bagi orang-orang Romawi. Hal ini terjadi, dan tidak lama kemudian tentara Romawi dapat mengalahkan tentara Persia dan merebut kembali daerah-daerah yang
semula direbut, dalam hal ini orang-orang mukmin bergembira dan orang-orang kafir Makkah bersedih.





           
2. Sejarah Peradaban Bangsa Persia
            Sedangkan Bangsa Persia adalah turun temurun dari kekuasaan kemaharajaan Iskandar Zulkarnain, yang setelah kematiannya, Persia terbagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil, pada tahun 227 keluarga Sasania mempersatukan Persia dengan mendirikan Daulat Sasania. Mereka beragama Zaradhusta. Mereka
menyembah Allah, mereka berkekinan bahwa hak mereka memegang kekuasaan adalah karunia Allah, dan hanya keturunan mereka yang berhak untuk memerintah. Namun pada masa berikutnya dengan keyakinan bahwa cahaya adalah simbul Tuhan dan kegelapan adalah simbul setan, maka bangsa Persia menyembah api. Diwilayah asia barat terdapat peradaban yang tinggi yang dimiliki bangsa persia, mereka ahli dalam politik dan militer. Kebudayaan mereka bercampuran antara kebudayaan asli dengan mesopotamia (daerah yang pernah ditaklukannya).Bangsa Persia membangun tambang tambang besar dan kuil kuil seperti kuil di babilonia dan siria. Bangsa persia telah mengenal alfabet yang terdiri dari 39 huruf. Mereka mengenal ilmu astronomi dari bangsa babilonia. Bangsa zoroaster menganut ajaran zoroaster yang hidup sekitar 600 SM. Menurut ajaran zoroaster hidup adalah peperangan antara kebaikan (dewa kebijaksanaan ahuramazda) dan kejahatan (dewa perusak ahriman). Penganut zoroaster harus ramah, jujur, tulus, dan bersahabat dengan sesamanya. Jika penganut zoroaster meninggal ia dapat melewati api yang ada diantara dunia dan surga tanpa terluka. Untuk mereka ada sebuah jembatan lebar yang menghubungkan surga dengan dunia. Raja raja persia terkenal adalah penganut zoroaster. Bahkan raja darius dalam satu prasastinya mengatakan “atas kehendak ahuramazda yang memilih aku dan menjadikan aku raja seluruh dunia”. Raja persia lainnya ataxerxes 1 mengeluarkan kalender dengan nama nama dewa zoroaster sebagai nama nama bulannya. Bangsa persia akhirnya ditaklukan oleh islam pada abad 7 M oleh khalifah umar bin khattab r.a.


3. Sejarah Peradaban Bangsa Arab
            Sedangkan Bangsa Arab yang mendiami Jazirah Arab terlepas dari dua kekuatan tersebut, dikarenakan letak geografis Jazirah Arab yang dikelilingi oleh padang pasir dan lautan luas, sementara negerinya gersang tidak dialiri oleh sungai dan tidak juga mendapat siraman air hujan dengan teratur kecuali Yaman di sebelah Selatan. Maka wajar kalau dimasa itu Jazirah Arab tidak dikenal kecuali Yaman, namun demikian kedua kekuatan itu tidak tertarik untuk menguasainya lantaran letaknya yang sangat jauh dan harus dijangkau dengan mengarungi lautan atau pegunungan tandus dan padang pasir yang luas.
            Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa Smith, yang mendiami daratan
yang dinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu jazirah Arab. Mereka terdiri dari tiga bagian:
1- Bangsa Arab yang sudah punah
2- Bangsa Arab campuran
3- Bangsa Arab pendatang
Bangsa Arab yang sudah punah tersebut terdiri dari kaum: ‘Ad, Thamud, Tasm
, Jadis, ‘Imliq, Jurhum dan Wabar. Adapun generasi berikutnya terdiri dari dua garis keluarga besar, yaitu Qahtan dan ‘Adnan: Keluarga Qahtan ialah merupakan garis keturunan keluarga yang datang dari sebelah Timur sungai Euphrat, lalu
bertempat tinggal di Hadramaut dan Yaman, dibagian selatan semenajung Arabia. Mereka itu telah menguasai tehnik pengairan yang baik, mereka mendirikan bendungan Ma’rib untuk mengumpulkan air yang dapat mereka pergunakan pada saat mereka perlu. Oleh karena itu di Yaman terdapat beberapa kerajaan yang terkenal dengan kota-kota besarnya yang makmur serta mempunyai kemajuan yang cukup dengan zaman itu. Di antara kerajaan-kerajaan itu ialah kerajaan Saba’, yang riwayatnya tersebut  dalam Taurat dan Al-Qur’an: “Sesungguhnya karena kemakmuran negeri ini (Yaman) dinamailah dia ‘Negeri Arab yang berbahagia”.  Sedangkan keluarga Adnan merupakan Garis keturunan yang mendiami Makkah dan negeri-negeri di sekitarnya (Hijaz). Mereka adalah
keturunan nabi Isma’il a.s. bin Ibrahim a.s. yang datang ke Makkah dan mendirikan Ka’bah. Dari keluarga Adnan ini lahirlah beberapa suku (kabilah), diantaranya adalah Kinanah, yang daripadanya lahir suku Quraisy.
        Oleh karena sebagian besar tanah Arab berupa padang pasir dan gurun yang tandus, maka kebanyakan penduduknya hidup berpindah-pindah, hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan antar satu suku dengan yang lainnya, karena memperebutkan lembah dan air. Kerena itu mereka terbentuk dengan sifat berani untuk membela diri. Sehingga tertanam dalam diri mereka sifat berani dan suka berperang. Mereka hidup dalam udara yang merdeka, jauh dari jangkauan kaum penjajah. Sedangkan di Yaman,  tidak satupun kerajaan yang berani mengarahkan tentaranya ke negeri Arab yang tandus itu, kecuali ke Yaman yang kaya raya. Negeri ini pernah diperangi oleh bangsa Ethiopia pada tahun 570 M. Dibawah
pimpinan panglima Aryath, kemudian Abrahah menggantikan Aryath sebagai gubernur diYaman, ia mengerahkan tentaranya menyerang Makkah dengan maksud akan meruntuhkan Ka’bah pada tahun 571 M. Angkatan perang Abrahah yang besar yang dipelopori oleh pasukan Gajah itu hancur lebur ditengah jalan karena dihadang oleh serangan burung Ababil. Sebenarnya suku-suku mereka (Bangsa Arab) terpecah belah dan tidak bersatu, tidak tunduk kepada suatu pemerintah pusat, yang mengakibatkan tidak adanya kesatuan politik dan agama mereka. Tiap suku mempunyai pimpinan sendiri
dengan gelar ‘Syaikul Qabilah’ (Kepala suku). Kepala dari suku yang besar, seakan-akan menjadi raja yang tidak bermahkota. Perintahnya menjadi undang-undang, segala keperluannya harus dituruti, dan suku-suku yang kecil harus tunduk kepada mereka. Sedangkan kedudukan Suku Quraisy pada umumnya sangat menghormati Ka’bah. Mereka datang untuk berziarah dan menunaikan haji tiap tahun. Bulan-bulan waktu ziarah Ka’bah dianggap sebagai bulan yang mulia, di kala itu tidak boleh melakukan peperangan. Di sekeliling Ka’bah itu mereka mengadakan pasar tahunan, yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz. Kaum Quraisy bermukim di sekitar Ka’bah untuk melindungi dan mengabdi kepadarumah suci itu. Oleh karena itu mereka memperoleh kehormatan dari suku-suku yang lain. Karakter Suku Quraisy adalah suku saudagar yang gemar berniaga, mereka berhubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju, perhubungan ini sangat besar pengaruhnya kepada kemajuan dan kecerdasan fikiran mereka. Mereka juga dikenal dengan suku yang sangat memuliakan tamu. Dalam soal ini mereka
mendapat pujian yang istimewa pari para penyair. 
            Sebelum datangnya Islam, sebagian besar suku Arab menyembah berhala, dengan bentuk yang berbeda-beda, jumlah berhala yang mereka sembah mencapai 360 berhala, yang seluruhnya terletak di sekitar Ka’bah. Tiap suku memiliki berhala sendiri, juga terdapat patung Nabi Ibrahim, Isa Al-Masih, dan Hubal sebagai berhala suku Quraisy, berhala-berhala itu terbuat dari batu akik dan batu hitam.
4. Sejarah Peradaban Mesir
            Kebudayaan mesir merupakan salah satu kebudayaan sungai, yaitu sebuah kebudayaan yang banyak terpengaruh dari endapan lumpur sungai, yaitu sungai nil.sungai nil merupakan sungai terpanjang di dunia. Terdapat pula peninggalan kebudayaan mesir kuno, seperti memphis, thebes, gizah, luxor dan sebagainya. Di gizah terdapat makam para raja raja yang berbentuk piramida dan patung singa berkepala manusia yang disebut spinx. Bangsa mesir kuno telah mampu membagi bulan dan mengenal tulisan yang disebut helioglip.
5. Sejarah Peradaban Yunani
            Sebelum agama islam masuk ke eropa, dikalangan bangsa barat sudah ada peradaban dan kepercayaan. Yang mereka anut pada sangan t itu adalah mengakui banyak tuhan atau politheisme. Kepercayaan yang menonjol di kalangan mereka saat itu bahwa tuhan bertempat di gunung olimpus. Dewa yang tertinggi bertahta di gunung itu adalah dewa zeus. Dewa zeus menguasai beberapa dewa lainnya, seperti dewa ares (dewa peraga), dewa artemis (dewa perburuhan), dan lain sebagainya.
Bangsa yunani pada saat itu telah memiliki pengetahuan tinggi, mereka mampu mendirikan negara kota seperti sparta, athena, thebe, dengan korinthia. Pembentukan negara kota seperti ini tidak hanya terjadi di yunani saja, namun juga di pulau pulau laut aegea dan mediteranian. Kemampuan yang mereka miliki tersebar ke beberapa wilayah lain, bersamaan dengan kepindahan merka ke tmpat yang baru (kolonisasi).mereka meninggalkan kota menuju asia kecil thrasia, yaitu daerah sepanjang laut hitama, italia dan laut sisilia.
B. Tradisi Menulis dan Pendidikan Bangsa Arab
            Bangsa Arab Pra-Islam, menurutnya lembaga pendidikan dasar, kuttab, kata jadian dari kataba (menulis) sudah  dikenal pada zaman pra-Islam. Menurut Hasan Asari jika kita mengambil pengertian kuttab sebagaimana kemudian dipahami dalam Islam, maka kuttab adalah lembaga pendidikan dasar untuk mengajarkan tulis baca, berhitung, dan dasar-dasar agama, maka penggunaan kata ini pada bangsa Arab pra-Islam menunjukkan bahwa adanya satu sistem pendidikan yang telah berfungsi di kalangan bangsa Arab pra-Islam. Indikasi ini menurut Hasan Asari didukung oleh terdapatnya dalam catatan sejarah beberapa nama yang dikenal sebagai guru (mu’allim) yang hidu sebelum periode Islam seperti Bisyr b. ‘Abd al-Malik, Sufyan b. Umayyah b. ‘Abd Syams, ‘Usman b. Zarrah, Abu Qays, dan sebagainya. Catatan-catatan sejarah tentang kegiatan pendidikan di tengah komonitas Yahudi dan Kristen yang hidup di Arab pra-Islam cendrung lebih lengkap, jika dibandingkan dengan bangsa Arab pagan (penyembah berhala). Komonitas Yahudi dan Kristen terkenal dengan perhatian yang tinggi terhadap pendidikan. Sebelum datangnya Islam Arabia telah mengenal sekolah-sekolah Yahudi dan Kristen yang mengajarkan kitab suci (Taurat dan Injil), filsafat, jadal (debat) dan topic-topik lain yang berkaitan dengan agama mereka, sehingga banyak orang-orang Arab pra-Islam yang memamfaatkan kehadiran Yahudi dan Kristen untuk belajar tentang sejarah, nab-nabi, maupun hal-hal lainnya.
Ringkas kata, menjelang datangnya Islam, bangsa Arab pada dasarnya telah mengembangkan satu kegiatan sastra, terutama dalam bentuk puisi. Meskipun sistem ekpresi dan transmisi yang dominan adalah lisan, tulisan telah mulai dikenal secara terbatas. Paling tidak untuk kalangan tertentu (Yahudi dan Kristen) pendidikan
C. Pusat Kegiatan Intelektual di Luar Arabia Pra-Islam

            1. Athena  Klasik : The School of Hellas
            Sejarah panjang peradaban Yunani mengantarkannya ke puncak peradaban manusia di seluruh dunia. Kemajuan di berbagai bidang dengan mudah terlihat sebagai simbolisasi dari kuatnya peradaban ini. Tidak ada pembicaraan tentang ilmu pengetahuan modern yang bisa mengelak dari merujuk akarnya ke Yunani sebagai sebuah kota yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur, Athena mengalami kemakmuran dan kemajuan budaya serta menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual kerajaan Romawi. Sejumlah pusat pendidikan berdiri di kota ini. Filsafat dan ilmu-ilmu lainnya berkembang dengan baik. Peradaban ini melahirkan sederet nama-nama besar di berbagai bidang pengetahuan semisal Thales, Anaximenes, Anaximender, Protogoras, Socrates, Aristoteles, Plato, Plotinus dan Phytagoras. Di Athena, Plato yang wafat tahun 347 SM mendirikan Akademi Filsafat yang belakangan dikenal sebagai museum Athena. Merupakan sebuah lembaga besar dan terbuka, tempat para ilmuan dari berbagai latar belakang bangsa dan agama bersama-sama mengembangkan pengetahuan
Pandangan keagamaan Justian I yang demikian fanatik dan tidak bisa mentolerir keberadaan penganut sekte atau agama lain menjadi latar belakang penutupan museum Athena. Disamping itu, penutupan museum ini juga berkaitan dengan sikap Justinian I yang tidak terlalu antusias terhadap dunia ilmu pengetahuan dan filsafat, di samping-alasan-alasan ekonomi.

                2.  Alexandria Hellenistik
            Alexandria (al-Iskandaryah) dibangun sekitar abad ke-3 SM, terletak di pantai laut Tengah dan termasuk wilayah Mesir. Kota ini berada di bawah kekuasaan Romawi Timur hingga datangnya Islam. Pada abad ke-1 M, Alexandria telah menjadi pusat ilmiah dan fillsafat Yunani bersamaan dengan pertemuan Hellenisme dengan pengaruh Oriental dan Mesir Kuno. Walaupun Athena memberikan jalan bagi Alexandria sebagai pusat intelektual bagi lingkungan Yunani, namun demikian tradisinya tetap meneruskan tradisi Hellas dengan menciptakan dua sistem filsafat baru yang akan menempatkan mereka berdampingan dengan Plato, Aristoteles dalam pengeruhnya bagi pemikiran Barat. Sebagai pusat ilmiah, kota Alexandria mendapat dukungan yang baik dari para Kaisar di Konstantinopel, paling tidak hingga abad ke-4 M. Keterbukaan dan kebebasan ilmiah yang dulunya berhasil memajukan Athena kembali diterapkan di Aleksandria. Para ilmuan dari berbagai latar belakang budaya dan agama dengan bebas berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan ilmiah di kota ini. Sama halnya dengan periode Athena, fanatisme agama tampaknya berperan besar dalam proses kemunduran kegiatan intelektual di Alexandria. Sejak awal abad ke-5 M., kegiatan intelektual di kota ini terus mengalami kemunduran.
             3. Romawi Timur
            Ketika kerajaan Yunani mengalami kemunduran dan kemudian kaisar Augustus mendirikan kerajaan Romawi Pada tahun 27 SM. Saat itu, Athena tetap berfungsi sebagai pusat pengembangan intelektual. Sayangnya, filsafat dan sains tidak pernah tumbuh subur di Roma seperti hal nya di Athena dan Alexandria. Namun demikian, para filosof dan ilmuan pada masa Romawi mencakup orang-orang yang sangat berpengaruh dalam perkembangan intelektual Eropa masa pertengahan. Produktivitas ilmiah benar-benar mengalami kemunduran di bawah kekuasaan Romawi ini. Chester G. Starr menyebut abad kedua kekuasaan Romawi ini sebagai abad mandul – dalam arti tidak memproduksi karya ilmiah yang monumental. Adapun penyebab kemandulan ini adalah :
  • Absolutisme sistem imperial yang diterapkan benar-benar bertentangan dengan kebebasan sebagai syarat perkembangan ilmiah.
  • Peralihan besar-besaran dalam struktur kelas sosial dimana kelas atas yang sebelumnya merupakan penyangga peradaban Yunani mengalami kehancuran.
  • Bangkitnya individualisme menggerogoti sistem kemasyarakatan sehingga tidak memberi kemungkinan berkembangnya peradaban yang tinggi.
Di antara karya yang sempat ada pada masa ini adalah karya Plotinus yang mencakup keseluruhan filsafat termasuk Kosmologi dan Fisika. Karya-karya ini merupakan sintesis dari pemikiran Platonik, Phytagorean, Aristotelian, dan Stoic, yang kemudian dikenal dengan nama Neoplatonisme. Merupakan filsafat yng dominan dalam dunia pemikiran Yunani-Roman; sisa-sisa purbakala sampai pada era pertengahan.
Pesatnya pertukaran budaya terjadi setelah tahun 155 SM, ketika kedutaan Athena tiba di Roma untuk menyampaikan suatu keputusan yang tidak disukai yang telah diambil oleh penengah Yunani dalam percekcokan dengan ibu kota negara bagian Oropus. Seruan tersebut tidak berhasil dan sang duta besar kembali ke Athena, tanpa menghasilkan apa-apa kecuali stimulasi ceramah filsafat di Roma. Transmisi pengetahuan dari Athena menuju Roma salah satunya terjadi melalui Alexandria. Ada keyakinan bahwa Plotinus (205 M.- 270 M.) –filosof Yunani— dilahirkan di Mesir; ia belajar di Alexandria sebelum pindah ke Roma di usia 40 tahun.
            4. Kostantinopel
            Sumbangan Konstantinopel terhadap perkembangan pengetahuan salah satunya adalah dengan didirikannya Universitas oleh Konstantin di Konstantinopel. Institusi ini diakui oleh Theodosius II pada tahun 425. merupakan universitas baru yang menjadi pusat belajar terpenting di kerajaan tersebut. Disamping itu, perlu pula dicatat beberapa peninggalan seperti karya-karya Proclus yang mencakup komentar terhadap buku I dari Euclid yang berjudul ‘Element‘ yang berisikan sejarah geometri Yunani yang sangat kaya serta sebuah risalah yang berjudul ‘Outline of Astronomical Hypothesis’, yang merupakan ringkasan dari teori Hipparchus dan Ptolemy.


            5. Jundi Shapur
            Pusat intelektual lain yang juga penting adalah Jundi Shapur, sebuah kota tua di bagian Tenggara lembah Mesopotamia dan berada di bawah kekuasaan kerajaan Persia Sasaniyah. Kegiatan ilmiah di kota ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke enam, namun kota ini masih relatif vital sampai sekitar abad ke 4/10 M, setelah berada di bawah kekuasaan Muslim.
Jundi Shapur menjadi pusat intelektual terbaik di zamannya, khususnya di bidang kedokteran, matematika dan musik. Nama Jundi Shapur menjadi terkenal selama periode Islam. Jundi Shapur secara cepat menjadi pusat ilmu pengetahuan yang utama, khususnya bagi Pengobatan Hipokratik, yang kemudian diperkuat lagi setelah tahun 489 M., ketika aliran Edessa ditutup atas perintah penguasa Byzantine. Bersamaan dengan berkembangnya kegiatan ilmiah di kawasan Sasaniyah Kerajaan Romawi Timur tampaknya lebih banyak dikuasai oleh Kaisar-kaisar yang tidak mendukung kegiatan ilmiah yang mengakibatkan ditutupnya sejumlah akademi di beberapa kota. Hal ini secara langsung menguntungkan kota Persia, Jundi Shapur; banyak ilmuan yang kemudian meninggalkan Athena, Alexandria dan kota-kota Romawi lainnya lalu memilih untuk menetap di Jundi Shapur.
            6.  Edessa, Harran dan Nisibis: Jalan menuju Baghdad
            Di antara kota tujuan para ilmuan yang meninggalkan Athena dan Alexandria adalah Edessa dan Harran, dua kota Mesopotamia Utara dimana Kebudayaan Syria Kuno sudah berkembang sejak awal. Meskipun pada umumnya penduduk daerah ini adalah penganut Kristen Nestoris, tetapi sebagai sebuah kota ilmiah, para ilmuan pagan pun mendapat tempat terhormat di sini. Bahkan kegiatan kota Harran cenderung lebih didominasi oleh para ilmuan pagan, sedangkan Edessa menjadi pusat kegiatan intelektual yang didominasi oleh para ilmuan Kristen (Nestoris). Karya-karya yang diterjemahkan saat ini mencakup bidang-bidang matematika, astronomi, kedokteran dan filsafat. Pada paruh pertama abad ke-6 M kota Nisibis memiliki sebuah akademi pendidikan yang mungkin bisa disebut terbaik di dunia kala itu. Di sini berlangsung kegiatan penerjemahan karya-karya penting Yunani dan Sanskerta ke dalam bahasa Persia lama (Pahlavi) dan bahasa Syria, oleh para ilmuan Syria, Yahudi, Persia dan lain-lain. Karya-karya yang diterjemahkan antara lain bidang-bidang matematika, kedokteran, astronomi, dan filsafat. Kemunduran Alexandria yang menyebabkan terjadinya eksodus ilmuan berperan besar dalam penyebaran sains ke daerah-daerah ini. Setelah dimusuhi di belahan Barat, kelompok ini melarikan diri ke wilayah Syria dan mendirikan sekolah di Edessa. Ketika pada tahun 489 M, kaisar Romawi Timur memerintahkan agar akademi ilmiah Edessa ditutup, para ilmuan kembali harus pindah, kali ini ke Nisibis, masih di Mesopotamia Utara.












BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. Jazirah Arab terlepas dari dua kekuatan tersebut, dikarenakan letak geografis Jazirah Arab yang dikelilingi oleh padang pasir dan lautan luas, sementara negerinya gersang tidak dialiri oleh sungai dan tidak juga mendapat siraman air hujan dengan teratur kecuali Yaman di sebelah Selatan. Masa sebelum kedatangan islam dikenal dengan zaman zahiliyah yakni periode suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Namun demikian bukan berarti masyarakat Arab tidak memiliki peradaban.
            Tradisi menulis dan pendidikan bangsa Aarab pra-islam pada dasarnya telah mengembangkan suatu kegiatan sastra terutama dalam bentuk puisi. Sedangkan pusat kegiatan intelektual di luar arabia pra-islam diantaranya Atena, Alexansria, Romawi Timur, Kostannopel, Jundi Shapur, Edessa, Harran, dan Nisbis.







Daftar Pustaka
1. Taswiyah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Diadit Media Press.
2. Asari Hasan. 2007. Menyikap zaman Keemasan Islam. Bandung : Cita Pustaka Media.
3. Daftary Farhad. 2002. Tradisi-Tradisi Intelektual Islam. Jakarta : Erlangga.
4. Mufrodi Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta : Logos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar