Selasa, 10 Mei 2016

Makalah Implikasi Akhlak Baik dan Buruk Terhadap Lingkungannya



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi kepribadiannya. Perbuatan tersebut timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan. Akhlak adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter yang baik maupun buruk.
Manusia dalam kehidupannya tak lepas dari lingkungan hidup. Dalam hal ini, lingkungan juga menjadi daya tarik atau daya dorong munculnya prilaku seseorang. Respon manusia terhadap lingkungan disekitarnya berakibat pada pola kehidupannya.
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu. Akhlak akan mendorong manusia melakukan suatu perbuatan yang baik dan buruk. Dalam posisi manusia sebagai makhluk sosial yang tak terpisahkan dengan lingkungannya, akhlak akan memiliki implikasi atau hubungan timbal balik manusia terhadap lingkungannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan persepsi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan belajar ?
3.      Bagaimana implikasi akhlak baik dengan belajar dan persepsi ?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akidah Akhlak.
2.      Mengetahui dan memahami dorongan dan implikasi baik dan buruk seseorang terhadap lingkungan hidupnya.
3.      Mengetahui dan memahami implikasi akhlak terhadap persepsi.
4.      Mengetahui dan memahami implikasi akhlak terhadap belajar.












BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda.
Adapun beberapa pengertian persepsi menurut para ahli :
a.                   Jalaludin Rakhmat (1998 : 51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
b.                  Menurut Ruch (1967 : 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Dengan pandangan Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang sama dengan proses sistem berpikir yang membutuhkan pengalaman dan pengetahuan verbalistik yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
c.                   Atkinson dan Hilgard (1991 : 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
d.                  Gibson dan Donely (1994 : 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
a.       Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
1)        Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
2)        Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
3)        Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
4)        Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
5)        Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6)        Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
b.         Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
1)      Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2)      Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3)      Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4)      Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5)      Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
Dengan pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik pemahaman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang sesuatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingka laku manusia berkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai kapasitas pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang objek yang dimaksudkan adalah perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan sangat penting dalam mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya mengikuti kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak luar.

B.     Definisi Belajar
Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara terartur dan berkesinambungan.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Dalam belajar, terdapat proses pelatihan melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosongan jiwa orang yang diajar. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri atas tiga komponen penting, yaitu : (a) kondisi eksternal, yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, (b) kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa, dan (c) hasil belajar yang menggambarkan infromasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Belajar adalah proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, motivasi, kebiasaan, dan tingkah laku yang dilakukan secara instruksional. (Syaiful Bahri, 2002 : 22)
Pendidik bagi anak adalah ibu dan bapaknya. Adapun guru dan lain-lain hanyalah penunjang ibu dan bapak. Sebenarnya guru berusaha atas nama atau mewakili ibu dan bapak anak didiknya. Oleh sebab itu ibu dan bapak harus memenuhi apa yang diperlukan untuk pendidikan anaknya, seperti mengusahakan guru anaknya dan lain-lain. Pada negeri yang sudah maju warganya sangat menghormati, memperhatikan nasi guru. Umpama di Jepang. Orang Jepang sangat menghormati guru, karena mereka mengerti bahwa guru adalah manusia pembina. Dalam Islam guru diberi julukan “Abur ruuh = Bapak rohani anak”.
Peran orang tua, kaum pendidik dan petugas-petugas keamanan seringkali dipusingkan oleh masalah kenakalan remaja. Dari keluarga kaya raya dan anak-anak orang berpangkat, banyak ditemukan kasus-kasus kenakalan remaja, misalnya : penyalahgunaan obat bius, pemerkosaan, perampokan, perkelahian, dan sebagainya. Masalahnya kembali kepada akhlak remaja itu sendiri. Remaja demikian nakalnya, adalah remaja yang tiada mengenal akhlak.
Sebaliknya tidak sedikit pula remaja yang menyejukkan pandangan mata, karena kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu berbuat kebaikan. Remaja yang demikian itu, adalah remaja yang shaleh, yang berakhlak indah dan mulia. Dari segi ini jelas pulalah betapa hikmahnya ilmu akhlak yang dapat menuntun remaja menemukan dunianya, menyalurkan bakatnya kepada tindakan sublimatif dan konstruktif.
Islam mengajarkan bahwa itu laksana cahaya yang menerangi jalan hidup dan mati kita. Ilmu juga merupakan amal saleh yang tahan lama yang pahalanya terus mengalir.



“Jika manusia sudah meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga hal, yaitu : (1) Sedekah Jariyah yang mengalir padanya, (2) Ilmu yang dimanfaatkan orang, dan (3) Anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Bukhari)
Pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterimanya. Adapun pendidikan yang lazim diterima meliputi pendidikan formal di sekolah, pendidikan non fomal diluar sekolah dan pendidikan dirumah yang dilakukan oleh pihak orang tua. Sementara itu pergaulan dengan orang-orang baik dapat dimasukkan sebagai pendidikan tidak langsung, karena berpengaruh pula bagi kepribadian.
Seringkali kita dengarkan pernyataan yang mengemukakan bahwa kebodohan sebagai musuh utama yang harus diperangi. Memang demikianlah, karena kebodohan itulah yang menghambat kemajuan dan perkembangan akhlak.
Rasulullah Muhammad SAW diutus dengan menghidangkan pendidikan aqidah dan akhlak, maka bercahayalah hati manusia berkat pancaran sinar kebenaran Ilahi.
Dengan proses belajar itulah, manusia berakhkak. Jadi, akhlak manusia dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya dalam belajar. Kedua orangtuanya bertanggung jawab mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orangtua pula yang menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam akhlaknya sehari-hari.
C.    Implikasi Akhlak dengan Persepsi dan Belajar
Dengan dua komponen penting, yaitu persepsi dan belajar, manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan internal dan eksternalnya.
Akhlak yang baik berdampak positif pada kehidupan dan lingkungannya. Sebaliknya, akhlak yang buruk akan  berdampak buruk pula pada diri dan lingkungannya. Contohnya, seorang remaja yang terlibat dengan pemakaian obat-obatan terlarang atau narkoba, ia akan terpengaruh buruk untuk jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah karena otaknya hancur, hatinya akan rusak, tingkah lakunya tidak terkendali, dan ia bisa menjadi gila dan mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya pun sangat merugikan karena nama baik keluarga dan masyarakat di tempat tinggalnya akan tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya, seorang anak yang berprestasi dan bergaul dengan ramah, terpuji dan mengembangkan nilai-nilai kebijakan dilingkungannya, secara otomatis ia akan memperoleh dampak yang baik bagi kehidupan dirinya. Dalam rohaninya akan tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat mengenalnya sebagai anak yang pantas diteladani. Oleh karena itu, setiap akhlak manusia berdampak secara langsung pada kehidupan pribadinya dan orang lain.
Isi dari kepribadian manusia terdiri dari 1) pengetahuan; 2) perasaan, dan; 3) dorongan naluri. Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otak manusia melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain. (Koentjaraningrat, 1986: 101-111)
 Kalau unsur perasaan muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya disebut sebagai naluri. Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap manusia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka disebut juga sebagai dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia , antara lain adalah:
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup;
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk.Rasulullah saw bersabda: ” Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya”.Pada makalah ini kami akan memaparkan pengertian akhlak, norma, etika, moral dan nilai.
 Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.Secara terminologi kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti.
Budi adalah yang ada pada manusia , yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hariDefenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwaraKelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
Menyambut era globalisasi dan Teknologi Informasi dalam abad ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam perkembangan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut dapat meliputi perubahan yang mengarah kepada kehidupan yang lebih baik (perubahan positif) maupun perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang bersifat negatif.
Salah satu dampak negatif yang dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan akhlak dan budi pekerti yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di Indonesia, padahal tidak dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti menjadi peranan sangat penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat yang beradab dan berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, masyarakat yang adil dan bermartabat dan lalainya ketidaksinambungan antara hak yang mereka dapatkan dan kewajiban yang harus mereka jalani.
Untuk mengantisipasi kerusakan moral yang akan terjadi di kehidupan masyarakat mendatang, tentunya diperlukan adanya usaha untuk menyadari pentingnya penanaman kesadaran tentang hak dan kewajiban yang berkesinambungan secara utuh dengan penuh keinsyafan, walau terkadang dalam menunaikan kewajiban seringkali adanya penderitaan yang harus dirasakan.
Dalam ajaran akhlak dan budi pekerti, setiap diri manusia harus bisa mengatur keseimbangan yang sangat tajam antara hak dan kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap anggota masyarakat harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama anggotanya.

Beberapa jenis akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungannya adalah :
1.             Melaksanakan ibadanya dengan khusyuk.
2.             Mendirikan shalat berjamaah.
3.             Banyak menghadiri pengajian.
4.             Menuntut ilmu dengan baik dan berprestasi.
5.             Hidup bergotong-royong dan saling membantu.
6.             Berani membela kebenaran.
7.             Mengajarkan ilmu yang benar kepada orang lain.
8.             Bergaul dengan sopan santundan senang bersilaturahmi.
Dalam bahasa Al-Qur’an, akhlak-akhlak yang baik atau terpuji, yaitu sifat setia (al-amanah), pemaaf (al-afwu), benar (ash-shidiq), menepati janji (al-wafa), adil (al-adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya’), berani (asy-syaja’ah), kuat (al-quwwah), sabar (ash-shabru), kasih sayang (ar-rahmah), murah hati (as-sakha’u), tolong menolong (at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (al-ikha’), silaturahmi, hemat (al-iktishad), menghormati tamu (asl-dliyafah), merendah diri (at-tawdhu’), menundukan diri kepada Allah SWT (al-khusyu’), berbuat baik (al-ihsan), berbudi tinggi (al-muru’ah), memlihara kebersihan badan (an-nadhafah), selalu cenderung pada kebaikan (as-shalihah), merasa cukup dengan apa yang ada (al-qana’ah), tenang (as-sakinah), lembut (ar-rifqu), dan sebagainya.
Jenis-jenis akhlak yang buruk dan berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya adalah :
1.           Banyak berdusta.
2.           Berkhianat.
3.           Selalu buruk sangka kepada orang lain.
4.           Tidak mau beribadah
5.           Menghina dan merendahkan orang lain.
6.           Tidak mau bersosialisasi.
7.           Menutup diri dan sombong.
8.           Menjadi penghasut dan pengadu domba.
9.           Mengembangkan permusuhan.
10.       Egois dan individualis.
11.       Senang melihat orang lain susah dan susah meihat orang senang.
12.       Mudah tersinggung dan pendendam.
13.       Tidak toleran kepada keyakinan orang lain.
14.       Berlaku tidak adil dalam memutuskan perkara.
Dalam bahasa Al-Qur’an, akhlak-akhlak buruk atau tercela adalah egoisti (ananiah), lacur (al-baghyu), kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), pemabuk (al-khamru), khianat (al-khianah), aniaya (adh-dhulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan dosa besar (al-fawahisy), pemarah (al-ghadab), curang dan culas (al-ghasysyu), mengumpat (al-ghibah), adu domba (an-namimah), menipu daya (al-gurur), dengki (al-hasad), dendam (al-hiqdu), berbuat kerusakan (al-ifsad), sombong (al-istikbar), mengingkari nikmat (al-kufran), homoseksual (al-liwath), membunuh (qatlunafsi) makan riba’ (ar-riba), ingin dipuji (ar-riya’), ingin didengar kelebihannya (as-sum’ah), berolok-olok (as-sikhriyah), mencuri (as-sirqah), mengikuti hawa nafsu (asy-syahawat), boros (at-tabzir), tergesa-gesa (al-‘ajalah), fasik, munafik, dan sebagainya.
Rasulullah SAW pernah mengatakan, “Orang muslim yang baik adalah orang muslim yang selamat dari lidah dan tangannya”. Artinya, pergaulan manusia seharusnya dapat menjaga perkataannya sehingga tidak menyakitkan orang lain karena sakit hati dapat mengakibatkan dendam dan pembunuhan. Demikian pula, menjaga tangan, kekuatan, dan kekuasaannya karena menyalahgunakan kekuasaan akan mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain. Oleh karena itu, Rasulullah SAW berpesan kepada umat Islam agar bersatu padu saling bersilaturahmi, dan tolong menolong dalam kebajikan dan kebenaran.









BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu. Akhlak akan mendorong manusia melakukan suatu perbuatan yang baik dan buruk. Dalam posisi manusia sebagai makhluk sosial yang tak terpisahkan dengan lingkungannya, akhlak akan memiliki implikasi atau hubungan timbal balik manusia terhadap lingkungannya.
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda.
Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara terartur dan berkesinambungan.
Dengan dua komponen penting, yaitu persepsi dan belajar, manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan internal dan eksternalnya.



















DAFTAR PUSTAKA




Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, Bandung : Pustaka Setia, 2010
Ya’qub, Hamzah, Etika Islam, Bandung : Diponegoro, 1996
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta : Bina Aksara, 1989
Masyhur, Kahar, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta : Rineka Cipta, 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar